Header Ads

Seo Services

MAKALAH CARA BUDIDAYA TANAMAN TOMAT



 I. PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dan banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian (Mubyarto, 1994).
Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan sektor ekonomi yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan masyarakat dan taraf hidup yang kurang baik menjadi lebih baik. Hal ini terlihat dari peranan sektor pertanian terhadap penyediaan pangan, penyumbang devisa negara melalui ekspor dan lain sebagainya (Soekartawi, 1994).
Salah satu tujuan utama pembangunan pertanian tanaman pangan adalah swasembada pangan. Kebijaksanaan swasembada pangan diperluas, tidak hanya bertumpu pada komoditas beras saja tetapi juga pada komoditas lain yang mengandung karbohidrat, protein, mineral dan vitamin seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga-bungaan, seperti halnya komoditas tomat (Soekartawi, 1994).
Buah tomat sebagai salah satu komoditas sayuran mempunyai prospek pemasaran yang cerah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya buah tomat yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya adalah sebagai sumber vitamin. Buah tomat sangat baik untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit, seperti sariawan karena mengandung vitamin C. Selain sebagai buah segar yang langsung dapat konsumsi, buah tomat juga dapat digunakan sebagai bahan penyedap berbagai macam masakan seperti sop, gado-gado, sambal, dan juga dapat dijadikan bahan industri untuk dikonsumsi dalam bentuk olahan, misalnya untuk minuman sari buah tomat, es juice tomat, dan konsentrat. Berbagai macam kegunaan tersebut dapat memberikan keuntungan, baik bagi konsumen, produsen, maupun masyarakat pada umumnya.
Potensi pasar buah tomat juga dapat dilihat dari segi harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga membuka peluang yang lebih besar terhadap serapan pasar (Cahyono,1998).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara (2009), produksi tomat pada tahun 2011 sebanyak 3.009 ton dengan luas panen seluas 40 ha, sementara untuk Desa Lapandewa pada  tahun 2011 produksi tanaman tomat sebanyak 93,58 ton dengan luas panen sekitar 10,56 ha.
Menurut (Soeharjo dan Patong 1994), pada beberapa daerah di Indonesia, petani belum mampu mengambil keputusan ekonomis yang menguntungkan. yang dimaksud adalah kemampuan petani dalam menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif mungkin agar produksi pertaniannya memberikan fungsi yang lebih baik dan lebih menguntungkan.



B.  Rumusan Masalah
Bagaimanakah langkah-langkah budidaya tanaman dan pengendalian hama penyakit tanaman tomat ?.

C.  Tujuan
1.    Untuk mengetahui bagaimana cara budidaya tanaman tomat.
2.    Untuk mengetahui bagaiman pengendalian hama pada tanaman tomat.



II. PEMBAHASAN

A.    Klasifikasi dan Morfologi
Tanaman tomat dengan latin “Lypersion esculentum Mill ” merupakan tanaman semusim (berumur pendek) berarti tanaman ini memproduksi hanya sekali dan setelah itu mati. Tanaman tomat ini lentur dan tidak dapat menopang sendiri, oleh karena itu tanaman ini membutuhkan ajir untuk menopang pertumbuhannya.



Tanaman ini berfamili dengan Solanaceae yang hidupnya juga membutuhkan ajir untuk menopang pertumbuhan tanaman. Tanaman ini banyak sekali yang membudidayakan dengan berbegai media tanam tergantung dengan petani.
1.    Klasifikasi Tanaman tomat
Kingdom    : Plantae
Divisi          : Spermatophyta
Subdivisi    : Angiospermae
Kelas          : Dicotyledoneae
Ordo           : Plemoniales
Famili         : Solanaceae
Genus         : Lycopersion
Species       Lypersion esculentum Mill
2.    Morfologi Tanaman Tomat
a.    Akar


Tanaman ini memiliki akar tunggang yang dapat menembus kedalaman tanah dan akar serabut yang tumbuh di permukaan tanah yang dangkal. Berdasarkan sifat perakaran tanaman ini, sebaiknya di tanaman dengan media tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung unsur hara baik.
b.    Batang

Tanaman ini memiliki bantang berbentuk persegi empat hingga membulat, berbatang lunak tetapi kuat, memiliki bulu atau berambut halus dan daintar bulu-bul terdapat rambut kelenjar. Batang tanaman ini berwrna hijau, memiliki ruas tebal dan ruas akar pendek. Selain itu, tanaman ini memiliki cabang yang sangat banyak dan tidak beraturan.
c.    Bunga

Tanaman ini memiliki bungan berukuran relatif kecil, berdiameter 2 mcm dan memiliki warna kuning. Kelopak bungan berjumlah 5 buah dan berwrna hijau terdapat pada bagian bawah atau pangkal bunga. Selain tu, bagian lainnya bunga berupa mahkota bunga yang terdapat di dalam bunga tomat.
d.   Buah

Tanaman ini memiliki buah yang sangat bervariasi, tergantung dengan varietesnya. Ada buah tomat yang berbentuk bulat, agak bulat, agak lonjong dan bulat persegi. Selain itu, ukuran buah sangat bervariasi juga, yang berukuran 8 -180 gram per buah. Sedangkan warna tomat yaitu juga sangat bervariasi yaitu kemerahan, kekuningan, hijau muda dan juga ada yang belang-belang kemerahan.
e.    Daun

Tanaman ini memiliki daun berbentuk oval, bagian tepi bergerogi dan mebentuk celah menyerip agak melengkung kedalam. Daun tanaman ini berwrna hijau dan juga tergolong daun majemuk ganjil berjumlah 5-7, dengan ukuran 15-30 cm dan memiliki kelebaran 10-25 cm , serta memiliki tangka dengan kepanjangan 3-6 cm.

B.     Produksi dan Biaya Produksi
Pada umumnya, produksi yaitu proses kombinasi dan koordinasi material- material dan kekuatan-kekuatan (input, sumber daya, atau jasa-jasa produksi) dalam pengolahan suatu barang atau jasa (Beattie-Taylor, 1994).  Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Diberbagai literatur, faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah input, production factor, dan korbanan produksi (Soekartawi, 2001)
Sukirno (2002), mendefinisikan biaya produksi sebagai pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Menurut Soekartawi (1993), faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dibedakan menjadi kelompok, yaitu :
1.    Faktor teknis, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya, bibit, varietas, pupuk dan pestisida.
2.    Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, resiko ketidakpastian, kelembagaan, tersedianya kredit dan sebagainya.
Menurut Soedarsono (1995), untuk memperoleh tingkat produksi optimal agar tercapai tingkat penerimaan yang optimal, produsen haruslah memperhitungkan jumlah produksi, di mana pada jumlah tersebut diharapkan penggunaan yang berlebihan akan menurunkan hasil sehingga optimalisasi penerimaan tidak tercapai. Tingkat optimalisasi penerimaan akan tercapai bila penggunaan faktor-faktor produksi telah efisien dan harga yang berlaku dapat menjamin keadaan tersebut, sehingga produksi yang diperoleh mencerminkan tingkat efisien dan keadaan usahatani tersebut. Menurut Mubyarto (1994) dalam kegiatan produksi tidak hanya memperhitungkan jumlah produksi fisik saja, tetapi juga memperhitungkan faktor -faktor produksi yang digunakan sehingga tercapai produksi yang optimal. Tingkat produksi optimal diperoleh pada saat keuntungan maksimal, yang terdapat pada tingkat produksi yang memberikan selisih besar antara penerimaan dengan biaya produksi.
Menurut Hernanto (1996), tujuan berusaha tani adalah mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan pemilihan penggunaan faktor produksi. Ditambahkan Soekartawi (2003), keuntungan dapat ditingkatkan dengan cara meminimumkan biaya dengan mempertahankan tingkat penerimaan yang di peroleh dan meningkatkan total penerimaan dengan mempertahankan total biaya tetap.
1.    Harga
Harga merupakan nilai yang dinyatakan dalam satuan mata uang atau alat tukar yang lain dengan satu barang tertentu. Harga merupakan elemen pokok dalam pemesanan karena langsung berhubungan dengan permintaan hasil total dimana dalam penetapan harga ini dapat berbeda-beda dari tempat satu ke tempat yang lain (Winardi, 1990). Sedangkan menurut Saladin (1991), harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk dan jasa. Mubyarto (1994), mengemukakan bahwa suatu barang mempunyai harga karena barang tersebut berguna dan jumlahnya terbatas. Harga ditetapkan oleh interaksi kekuatan permintaan dan penawaran didalam suatu pasar yang karakteristiknya persaingan sempurna yaitu banyaknya konsumen dan produsen yang bersaing satu sama lainnya didalam situasi di mana tidak satupun diantara mereka secara individual cukup penting bisa mempengaruhi salah satu harga yang dibayar atau kuantitas yang diminta dan ditawarkan (Todaro, 1997).
2.    Penerimaan dan Pendapatan
Penerimaan usahatani adalah hasil penjualan dan sejumlah produksi tertentu yang diterima atas penyerahan sejumlah barang pada pihak lain (Boediono, 1992).
Pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang akan diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Pendapatan terdiri dan upah atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dan kekayaan seperti sewa, bunga serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah tunjangan sosial (Samuelson dan Nordhaus, 2003).
Sementara itu, Kadariah (1983), menyatakan bahwa pendapatan adalah hasil berupa uang atau hasil material lainnya yang berasal dan pemakaian kekayaan atau dan jasa-jasa manusia yang bebas. Pendapatan umumnya adalah penerimaan-penerimaan individu atau perusahaan.
  
C.    Budidaya Tomat
Tanaman tomat di Desa Lapandewa ditanam secara intensif artinya bahwa tomat diusahakan secara sungguh-sungguh hal ini juga dipengaruhi oleh faktor resiko yang cukup besar dan iklim yang sudah tidak bisa dibaca secara pasti. Adapun cara-cara budidaya tanaman tomat yang dilakukan petani di Desa Lapandewa adalah sebagai berikut:
1.    Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan cara dicangkul atau dibajak secara merata kemudian lahan dibiarkan selama satu minggu untuk mematangkan tanah, satu minggu setelah pengolahan lahan, dibuatlah bedengan-bedengan untuk media tanam dengan ukuran lebar bedeng antara 120-130 cm sedangkan panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan.  Untuk penggunaan ukuran lebar bedengan tersebut digunakan oleh seluruh petani yang ada di lokasi penelitian.

2.    Penyemaian
Untuk memudahkan perawatan, biji yang sudah mendapat perlakuan fungisida, disemaikan dalam wadah yang terbuat dari kotak kayu, polibag, pot bunga dan sebagainya.  Biji disebar merata diatas pesemaian berupa tanah yang bersih yang sudah diayak dan dicampur dengan pasir bersih serta pupuk kandang (perbandingan 1:1:1).  Kemudian ditutup dengan tanah yang dilewatkan melalui sebuah ayakan, tidak tebal tetapi asal dapat menutup media.  Media untuk pesemaian ini dipilih yang mempunyai aerasi baik, subur dan gembur, maka akar akan tumbuh lurus dan memudahkasn pemindahan bibit ke polibag pembesaran.
3.    Pemupukan Dasar
Pemupukan dasar dilakukan setelah bedengan telah siap. Pupuk dasar yang digunakan antara lain, kapur, pupuk kandang, ponska, dan KCL. Pupuk diberikan secara bersamaan sebelum dilakukan pemasangan rnulsa, untuk luas lahan 0,4 ha kapur, pupuk kandang, ponska, dan KCL. Pemupukan dilakukan dengan cara ditabur secara merata di atas bedengan yang kemudian dicangkul kembali dengan halus agar pupuk yang ditabur dapat tercampur dengan sempurna.  Semua responden di lokasi penelitian menggunakan pupuk kandang, KCl, kapur dan Mutiara, sedangkan pada pupuk Ponska hanya digunakan 11 responden dan pada pupuk Tensil Organik  hanya digunakan 8 responden.
Cara pemupukan di lokasi penelitian dilakukan secara terus menerus dan takaran pupuk disesuaikan dengan usia tanamannya.  Sebelum menabur pupuk terlebih dahulu dibuat tanaman itu dengan batang tanaman sebagai pusat lingkaran.  Garis tengah lingkaran selalu berubah-ubah mengikuti pertumbuhan tajuk tanaman.  Dengan demikian, makin bertambahnya usia tanaman maka makin lebar tajuknya, maka makin besar pula lingkaran yang mengelilingi tanaman itu untuk menabur pupuk.  Sesudah pupuk ditabur merata di dalam rorakan selanjutnya ditutup kembali dengan tanah.
Mengenai dosis/takaran pemupukan belum ada ketentuannya.  Kebanykan petani scukup melakukan pemupukan secara umum saja, yaitu sekedar memberi pupuk organik (pupuk kandang) atau pupuk hijau (yang kebetulan tumbuh di sekitar kebun).  Sampai kini, berapa banyak takaran pupuk dan apa yang dibutuhkan belum ada kepastiannya.
4.    Pemasangan Mulsa
Sejalan dengan semakin berkembangnya teknologi budidaya tanaman, telah diperkenalkan dengan teknik kultur sistem mulsa plastik, terutama MPHP.  Berdasarkan hasil-hasil penelitian di lapangan, sistem pemulsaan ini berpengaruh baik terhadap peningkatan kuantitas dan kualitas hasil tomat.  Penggunaan mulsa plastik hitam perak sebagai mulsa lebih praktis dibanding dengan penggunaan sisa-sisa tanaman yang telah mati atau jerami.  Penggunaan mulsa plastik dibanding lebih praktis, karena mudah didapat, mudah penggunaannya sehingga lebih menghemat biaya pada musim tanam berikutnya. Pemasangan mulsa dilakukan pada saat bedengan benar-benar sempurna, mulsa yang digunakan adalah jenis mulsa plastik hitam perak, pemasangan mulsa bertujuan untuk menjaga tingkat kelembaban media tanam, menekan pertumbuhan gulma, mengurangi tingkat serangan hama dari penyakit tanaman. Semua responden yang ada di lokasi penelitian melakukan pemasangan mulsa.
5.    Pembuatan lubang tanam
Setelah persiapan lahan pertanaman rampung/selesai pekerjaan selanjutnya pada areal pertanaman adalah mempersiapkan lubang tanam.  Pembuatan lubang tanam dilakukan satu minggu sebelum penanaman bibit.
Lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan yaitu 60 cm X 80 cm dan alat yang digunakan untuk membuat lubang tanam ada berbagai jenis. Misalnya kaleng silinder, ataupun alat yng dibuat secara khusus untuk membut lubang tanam.  Jarak tanam harus diatur dengan baik dan jangan terlalu rapat, karena dapat mengurangi penerimaan sinar matahari.  Tanaman tomat yang kurang menerima sinar matahari akan mengakibatkan proses fotosintesis tidak dapat berlangsung dengan baik.  Jarak yang terlalu rapat dapat mengakibatkan tingkat kelembaban menjadi tinggi dan persaingan dalam penyerapan air dan unsur hara pun terjadi.  Ukuran ini juga digunakan oleh seluruh responden di lokasi penelitian.
6.    Penanaman
Bibit seharusnya sudah diseleksi pada temat pembibitan sebelumnya diangkut ke lahan pertanaman.  Bibit tomat adapat dipindahkan ke lahan pertanaman apabila telah berumur antara 30 – 45 hari di pesemaian.  Bibit yang terpilih sebaiknya yang berpenampilan sehat, tumbuh subur dan tegak serta daunnya tidak ada yang rusak.
Bibit dirawat agar terhindar dari serangan hama dan penyakit.  Kesehatan bibit yang sudah terjamin baik dapat diperhastikan dari petumbuhannya yang normal dan tanaman tampak subur.
Bibit tanaman tomat di tempat pembibitan itu biasanya dinaungi atau tidak mendapat sinar matahari secara langsung.  Jadi sebelum ditanam di areal pertanaman, bibit itu harus cukup terbiasa mendapat sinar matahari langsung karena pada areal pertanaman tidak ada lagi yang dapat menaunginya.
Saat yang terbaik untuk menanam sayuran tomat adalah tiga hari sesudah lubang tanam dipersiapkan dan diusahakan pada pagi atau sore hari.  Pada saat pagid an sore hari, keadaan cuaca belum panas sehingga tanaman dapat terhindar dari kelayuan.  Kelayuan dapat terjadi karena tidak adanya keseimbangan antara jumlah air yang diserap oleh akar tanaman adengan proses transpirasi (penguapan) yang terjadi pada tanaman itu sendiri. Penanaman tomat pada umumnya ditanam dengan jarak 60 cm X 80 cm dengan jumlah rumpun satu rumpun setiap lubang tanam.  Penanaman dengan jarak ini digunakan oleh seluruh responden yang ada di lokasi penelitian.
7.    Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak atau yang pertumbuhannya tidak normal.  Penyulaman tanaman biasanya dilakukan antara 4-7 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati atau tumbuh secara abnormal dan bibit yang digunakan untuk menyulam haruslah berasal dari bibit yang sama dengan harapan tanaman yang ada tumbuh secara seragam.  Untuk perlakuan penyulaman ada yang 4-7 hari setelah tanam ada juga yang 3 hari karena pada saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman yang pertumbuhannya tidak normal.  Pertumbuhan yang tidak normal itu dapat terjadi disebabkan oleh kesalahan pada saat penanaman.
Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sengaja disisakan atau dibiarkan tumbuh pada lahan pembibitan sebagai bibit cadangan.  Bibibt yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sama umurnya dengan tanaman yang tidak disulam, sehingga pertumbuhan semua tanaman seragam.
8.    Pemasangan ajir/ turus
Pemasangan turus berguna untuk menegakkan tanaman tumbuh.  Tanaman tomat yang tingginya kira-kira 25 cm atau sekitar 21 hari sejak ditanam harus diberi ajir/turus atau penunjang.  Tanaman tomat yang memiliki batang yang kurang kuat untuk menopang pertumbuhannya harus dipasang turus untuk membantu menopang buah.  Selain itu, pemberian turus juga dapat menjadi tempat tanaman merambat vertikal ke atas dan tanaman mendapatkan pernyinaran sinar matahari yang lebih baik dibandingkan bila tanaman itu menjalar horizontal diatas tanah.
Turus/ajir atau alat penopang pertumbuhan tomat ini dapat dibuat dari bahan bambu yang ditancapkan tegak diatas tanah dekat pada batang tanaman.  Untuk menguatkan turus tetap tertancap tegak, maka setiap turus diikat pada bambu yang dibuat melintang.  Konstruksi turus dapat dibentuk dengan palang segitiga, yaitu posisi turus pada setiap tanaman dipasang miring sehingga ujung turus dapat disatukan dengan ujung turus yang berada di depan atau disebelahnya.   Konstruksi bangun ini seperti sangat sesuai bila sistem penanaman dilakukan dengan pola barisan berganda.
9.    Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Tomat
Kerusakan pada suatu tanaman biasa disebabkan oleh faktor biotis, seperti sbangsa jamur, bakteri, insekta, virus dan gulma.  Untuk memberantas jamur digunakan fungisida, memberantas bakteri digunakan bakterisida dan memberantas insekta digunakan insektisida.  Untuk memberantas virus umumnya masih dilakukan dengan pencabutan kemudian dimusnahkan, sedangkan untuk memberantas gulma digunakan herbisida.
Hama adalah hewan yang merusak tanaman atau hasil tanaman karena aktivitas hidupnya, terutana aktivitas untuk memperoleh makanan.  Hama tanaman memiliki kemampuan merusak yang sangat hebat.  Akibatnya tanamana dapat rusak atau bahkan tidak dapat menghasilkan sama sekali.
Hama pada tanaman terdiri dari atas hewan mamalia, serangga dan burung.  Hama tanaman berupa hewan mamalia terdiri dari tikus, babi hutan dan kera.  Hama tanaman berupa burung terdiri dari burung gelatik dan burung pipit.  Hama tanaman berupa serangga misalnya wereng, kutu daun, walang sangit, belalang, berbagai ulat dan berbagai kumbang.
10.     Panen
Penentuan panen sangat mempengaruhi mutu dan harga tomat saat di pasarkan.  Pemanenan secara periodik dilakukan 2 atau 3 kali sepekan bergantung pada keadaan buah yang matang. Adapun ciri buah tomat dalam proses perubahan warna buah tomat:
a.    Panen Tomat Warna Hijau : Panen dilakukan pada saat seluruh permukaan buah berwarna hijau, mungkin hijau cerah atau hijau pekat.  Di sekitar biji terdapat lendir dan jika buah dipotong bijinya menyamping atau dengan kata lain tidak terpotong.
b.    Panen Tomat Warna Gading : Panen dilakukan pada saat tomat berwarna gading mulai muncul di ujung buah.  Perubahan warna tidak lebih dari 10%.  Permukaan buah berubah kekuningan, jingga atau merah dan selebihnya hijau.
c.    Panen Tomat Warna Kuning : Panen dilakukan pada saat warna tomat mulai berubah dari warna hijau menjadi kuning, oranye atau merah.
d.   Panen Tomat Merah Muda : Panen dilakukaan pada saat buah berwarna merah muda atau setengah masak.  Warna hijau pada tomat hampir sama dengan kuning, oranye atau merah.
e.    Panen Tomat Merah : Panen dilakukan pada saat buah berwarna merah atau buah masak, permukaan buah lebih banyak berwarna kuning, oranye, jingga atau merah.  Warna hijau berangsur berkurang hanya sekilas.
11.     Pemasaran hasil
Penanganan hasil panen adalah suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari pengumpulan hasil panen sampai pada tahap siap untuk dipasarkan.  Penanganan hasil panen harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati karena sangat menentukan mutu akhir buah.  Pemasaran hasil tanaman tomat di Desa Lapandewa pada umumnya petani menjual langsung ke tengkulak yang kemudian tengkulak membawa dan menjualnya di pasar-pasar terdekat yang ada.


III. PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa Buah tomat sebagai salah satu komoditas sayuran mempunyai prospek pemasaran yang cerah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya buah tomat yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya adalah sebagai sumber vitamin. Buah tomat sangat baik untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit, seperti sariawan karena mengandung vitamin C. Selain sebagai buah segar yang langsung dapat konsumsi, buah tomat juga dapat digunakan sebagai bahan penyedap berbagai macam masakan seperti sop, gado-gado, sambal, dan juga dapat dijadikan bahan industri untuk dikonsumsi dalam bentuk olahan, misalnya untuk minuman sari buah tomat, jus tomat, dan konsentrat.
Berbagai macam kegunaan tersebut dapat memberikan keuntungan, baik bagi konsumen, produsen, maupun masyarakat pada umumnya. Sehingga, Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur pendek, artinya umur tanaman hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Tomat sangat bermanfaat bagi tubuh manusia, karena mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Dalam buah tomat juga terdapat zat pembangun jaringan tubuh dan zat yang dapat meningkatkan energi.


B.       Saran
1.  Kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dapat lebih memperhatikan petani dalam mendapatkan benih dan pupuk yang berkualitas tinggi supaya bisa mendapatkan hasil yang lebih besar.
2.  Prasarana jalan yang rusak yang selalu menghambat perjalanan hasil produksi menjadi lambat supaya bisa diperbaiki dengan begitu pemasaran tomat ke sentra pemasaran dapat sampai dengan tepat waktu, karena tomat adalah tanaman buah yang cepat busuk.

  
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Cahyono. 1998. Bahan Assistensi dan Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

Beattie, B.R., Taylor, C.R., and Watts, M.J. 2009. The Economics of Production (2nd edition). Marabar, FL: Krieger Publishing Company.

Cahyono, B. 1998.  Tomat Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius,   Yogyakarta.

Hernanto. F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta

Sudarsono,1995.Pengantar Ekonomi Mikro.LP3ES:Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2002. Teori Mikro Ekonomi. Cetakan Keempat Belas. Rajawali Press: Jakarta.

Soeharjo, A. dan Patong. 1994, Faktor-faktor Produksi Padi. Jakarta. Penebar Swadaya.

Soekartawi, 1994. Teori Ekonomi Produksi ; Dengan Pokok Bahasan analisis Fungsi Cobb-Douglas. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. 152 hal.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis CobbDouglas. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. 250 hal.



PRAKATA

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah tentang Budidaya Tanaman Tomat ini pada waktaunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Susilawati Soeyoed AS, M.Si selaku Dosen Pembimbing mata kuliah beserta semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi yang bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan kita semua.


Pontianak, Oktober 2019

Penulis





 

DAFTAR ISI

Halaman
PRAKATA      ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI      ..................................................................................................... ii
I.     PENDAHULUAN      ..................................................................................... 1
1.1     Latar Belakang      ........................................................................... 1
1.2     Rumusan Masalah      ...................................................................... 2
1.3     Tujuan      ........................................................................................ 2
II.   PEMBAHASAN      ........................................................................................ 3
2.1     Klasifikasi dan Morfologi      ................................................... ...... 3
2.2     Produksi dan Biaya Produksi      ..................................................... 8
2.3     Budidaya Tomat      ........................................................................ 11
III.  PENUTUP      .................................................................................................. 20
3.1     Kesimpulan      ................................................................................ 20
3.2     Saran      .......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA      ....................................................................................... 22
LAMPIRAN      ...................................................................................................... 23






 







No comments:

Powered by Blogger.