MAKALAH BIOLOGI TANNAH-PENGELOLAAN TANAH SECARA BIOLOGI DALAM PERTANIAN BERKELANJUTAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan bagian dari tubuh alam yang menutupi bumi dengan lapisan tipis, disintesis dalam bentuk profil dari pelapukan batu dan mineral, dan mendekomposisi bahan organik yang kemudian menyediakan air dan unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman. Yang membuat tanah itu subur diantaranya pelapukan lanjut, bahan mineralogi, kapasitas pertukaran kation yang tinggi, kelembaban air dan pH netral.
Tanah bersifat sangat penting bagi kehidupan, sehingga perlindungan kualitas dan kesehatan tanah sebagaimana perlindungan terhadap kualitas udara dan air harus sangat dijaga. Namun banyak faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kesehatan tanah tersebut, misalnya kadar hara yang terkandung dalam tanah, vegetasi, iklim, sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Fitri, 2011).
Kesehatan tanah itu sendiri dapat didefinisikan secara umum sebagai kemampuan berkelanjutan dari suatu tanah untuk berfungsi sebagai suatu sistem kehidupan yang penting didalam batas – batas ekosistem dan tata guna lahannya, untuk menyokong produktivitas hayati, meningkatkan kualitas udara dan lingkungan perairan, serta memelihara kesehatan tanaman, hewan dan manusia. Kesehatan tanah itu sendiri dapat didefinisikan secara umum sebagai kemampuan tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang bergizi dan aman secara berkelanjutan, serta meningkatkan kesehatan manusia dan ternak, tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap sumberdaya dan lingkungan
Faktor yang mempengaruhi kesehatan tanah pada bagian fisiknya adalah tekstur tanah, bahan organik, agregasi, kapasitas lapang air, drainase, topografi, dan iklim. Sedangkan yang mempengaruhi pada bagian pengolahannya adalah Intensitas pengolahan tanah, penambahan organik tanah, pengetesan pH tanah, aktivitas mikrobia dan garam. Tanah sebagai habitat biota tanah sebagai medium alam untuk pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisiologinya. Tanah menyediakan nutrisi, air dan sumber karbon yang diperlukan untuk pertumbuhan dan aktivitasnya. Di dalam hal ini, lingkungan tanah seperti faktor abiotik (yang meliputi sifat fisik dan kimia tanah) dan faktor biotik (adanya biota tanah dengan tanaman tingkat tinggi) ikut berperan dalam menentukan tingkat pertumbuhan dan aktivitas biota tanah tersebut (Fitri, 2011).
Terkait pada kedua definisi tersebut dapat kita ketahui bahwa kualitas dan kesehatan tanah adalah faktor penting yang harus dijaga agar fungsi tanah sebagai mediator tumbuh organisme, biota tanah dan vegetasi dapat terlaksana dengan baik yang kemudian dapat diaplikasikan untuk menunjang kehidupan, karena semua faktor yang terkait dengan keadaan tanah dan daya dukung tanah akan berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap perkembangan populasi mikroorganisme tanah.
Pertanian berkelanjutan adalah gerakan pertanian menggunakan prinsip ekologi, studi hubungan antara organisme dan lingkungannya. Pertanian berkelanjutan telah didefinisikan sebagai sebuah sistem terintegrasi antara praktik produksi tanaman dan hewan dalam sebuah lokasi dan dalam jangka panjang memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan pangan dan serat manusia
2. Meningkatkan kualitas lingkungan dan sumber daya alam berdasarkan kebutuhan ekonomi pertanian
3. Menggunakan sumber daya alam tidak terbarukan secara sangat efisien
4. Menggunakan sumber daya yang tersedia di lahan pertanian secara terintegrasi, dan memanfaatkan pengendalian dan siklus biologis jika memungkinkan
5. Meningkatkan kualitas hidup petani dan masyarakat secara keseluruhan
Namun tahap menuju pertanian berkelanjutan seringkali dipandang sebagai sebuah tahapan dan bukan sebagai akhir. Beberapa menganggap bahwa pertanian berkelanjutan yang sebenarnya adalah yang berkelanjutan secara ekonomi yang dicapai dengan: penggunaan energi yang lebih sedikit, jejak ekologi yang minimal, barang berkemasan yang lebih sedikit, pembelian lokal yang meluas dengan rantai pasokan pangan singkat, bahan pangan terproses yang lebih sedikit, kebun komunitas dan kebun rumah yang lebih banyak, dan sebagainya.
Pada makalah ini penulis berusaha untuk menjelaskan pengelolaan tanah secara biologi serta hubungan pengelolaan tanah secara biologi dengan sistem pertanian berkelanjutan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimanakah pengelolaan tanah secara biologi dalam pertanian berkelanjutan?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengelolaan tanah secara biologi dalam pertanian berkelanjutan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biologi Tanah dan Peranannya
1. Pengertian Biologi Tanah
Biologi tanah adalah sebuah studi mengenai aktivitas mikroba dan fauna beserta ekologinya di dalam tanah. Fauna tanah, biota tanah, atau edafon adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut organisme yang menghabiskan sebagian besar siklus hidupnya di dalam tanah atau sedimen organik di atasnya. Fauna tanah mencakup cacing tanah, nematoda, fungi, bakteri, dan berbagai arthropoda. Dekomposisi materi organik oleh organimse memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat kesuburan dan struktur tanah sehingga biologi tanah berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah.
Sebagian besar keanekaragaman hayati yang berupa organisme mikro berada di dalam atau dekat dengan permukaan tanah. Setidaknya dari eukaryota animalia hingga prokaryota menghuni ekologi tanah. Hubungan antara mikroorganisme tanah dan fungsi tanah cukup rumit dan telah menjadi subjek di berbagai aktivitas pengamatan. Rantai makanan di dalamnya berperan penting dalam siklus nutrisi, di mana sumber energi tidak selalu berupa material organik tetapi juga mineral anorganik yang diawali oleh bakteri kemosintetik dan nitrogen oleh bakteri nitrifikasi, dan berperan dalam siklus biogeokimia tanah.
2. Klasifikasi Biota Tanah
Jenis-jenis biota tanah mencakup:
a. Fauna besar vertebrata seperti tikus tanah, kelinci, dan rodentia.
b. Invertebrata seperti cacing tanah, centipede, siput, semut
c. Mesofauna tanah yang berukuran antara 100 mikrometer hingga 2 milimeter, seperti tardigrada, rayap
d. Mikrofauna dan mikroflora tanah yang berukuran 1 hingga 100 mikrometer, seperti bakteri, fungi, protozoa, rotifera, aktinobakteria
3. Fiksasi Nitrogen
Proses pengikatan nitrogen adalah aktivitas menambah kadar nitrogen di dalam tanah oleh bakteri. Contoh bakteri yang melakukan pengikatan nitrogen yaitu Azotobacter dan Rhizobia. Bakteri ini membentuk simbiosis terutama dengan tumbuhan legum. Nitrogen yang diikat berasal dari atmosfer dan mengubahnya menjadi senyawa organik yang mengandung nitrogen.
4. Peranan Biota tanah
a. Biota Tanah berperan dalam proses dekomposisi
Sudah menjadi pemahaman umum bahwa mikroorganisme tanah memainkan peranan yang sangat penting pada proses humifikasi, mineralisasi bahan organik tanah sehingga menjadi unsur – unsur yang tersedia bagi tanaman. Sehingga mikroorganisme tanah dapa juga disebut sebagai perekayasa kimia Sebagai perekayasa kimia, mikroorganisme telah memainkan beberapa peranan, antara lain mendekomposisikan bahan organik. Salah satu proses dalam tanah yang sangat tergantung pada keberadaan mikroorganisme tanah adalah proses daur ulang bahan organik. Bahan organik tanah merupakan produk langsung gabungan dari aktivitas kimia tumbuhan, mikroorganisme, fauna dan berbagai faktor abiotik.(Breure, 2004).
b. Membuat lubang pori dalam infiltrasi tanah
Peran aktif mesofauna dan makrofauna tanah dalam menguraikan bahan organik dapat mempertahankan dan mengembalikan produktivitas tanah dengan didukung faktor lingkungan disekitarnya. Keberadaan dan aktivitas mesofauna dan makrofauna tanah dapat meningkatkan aerasi, infiltrasi air, agregasi tanah, serta mendistribusikan bahan organik tanah sehingga diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah (Wulandari, 2005).
c. Menambah bahan organik
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahan organik tanaman merupakan sumber energi utama bagi kehidupan biota tanah, khususnya makrofauna tanah, sehingga jenis dan komposisi bahan organik tanaman menentukan kepadatannya. Bahan organik tanaman akan mempengaruhi tata udara pada tanah dengan adanya jumlah pori tanah karena aktivitas biota tanah. Oleh aktivitas biota tanah, bahan organik tanaman dirombak menjadi mineral dan sebagian tersimpan sebagai bahan organik tanah. Bahan organik tanah sangat berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan aktivitas biologi tanah dan meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman (Sugiyarto 2007).
d. Merubah tekstur tanah
Tekstur tanah tidak dapat dirubah oleh mikroorganisme dan apapun. Yang mampu diubah oleh biota tanah adalah struktur tanah.
e. Merekatkan agregat tanah
Mikroflora dalam tanah sangat beraneka ragam. Bakteri, fungi, actinomycetes, dan algae dapat ditemukan pada setiap contoh tanah. Bakteri, fungi, dan actinomycetes membantu pembentukan struktur tanah yang mantap karena tumbuhan mikro ini dapat mengeluarkan (sekresi) zat perekat yang tidak mudah larut dalam air. Dalam hal pembentukan struktur tanah ini, fungi dan actinomycetes jauh lebih efisien (lebih 17 kali lebih efisien) daripada bakteri, tetapi bakteri mempunyai fungsi lain yang lebih penting (Widyati, 2013).
f. Membantu proses enzimatis
Dalam daur fospor ( P ), P-organik dalaam tanah antara lain adalah fosfolipida, asam suksinat, fitin dan inositol fospat. Fospat tersebut dengan mudah diubah atau didekomposisi oleh mikrobia. Kemampuan mikrobia melakukan hidrolisis senyawa itu dengan mengeluarkan enzim sehingga P lepas dan berada dalam larutan tanah sehingga bisa dipergunakan oleh tanaman yang secara tidak langsung meningkatkan kesehatan tanah dalam menghasilkan produk. Bakteri yang berperan dalam proses ini adalah BPF contohnya Bacillus sp dan Pseudomonas. Selain dalam daur posfor, dalam perombakan bahan organik juga melibatkan kegiatan enzim mikroorganisme tanah (Maftu’ah, dkk., 2001).
g. Membantu pelarutan P
Dalam daur fospor ( P ), P-organik dalaam tanah antara lain adalah fosfolipida, asam suksinat, fitin dan inositol fospat. Fospat tersebut dengan mudah diubah atau didekomposisi oleh mikrobia. Kemampuan mikrobia melakukan hidrolisis senyawa itu dengan mengeluarkan enzim sehingga P lepas dan berada dalam larutan tanah sehingga bisa dipergunakan oleh tanaman yang secara tidak langsung meningkatkan kesehatan tanah dalam menghasilkan produk. Bakteri yang berperan dalam proses ini adalah BPF contohnya Bacillus sp dan Pseudomonas. Selain dalam daur posfor, dalam perombakan bahan organik juga melibatkan kegiatan enzim mikroorganisme tanah (Maftu’ah, dkk., 2001).
h. Menyumbang unsur hara
Salah satu organisme penghuni tanah yang berperan sangat besar dalam perbaikan kesuburan tanah adalah fauna tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah. Makrofauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan organik tanah dalam penyediaan unsur hara. Makrofauna akan meremah-remah substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran.
Keberadaan makrofauna tanah sangat berperan dalam proses yang terjadi dalam tanah diantaranya proses dekomposisi, aliran karbon, bioturbasi, siklus unsur hara dan agregasi tanah (Breure,2004).
i. Meningkatkan Water Holding Capacity tanah
Fauna tanah berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan berat jenis,peningkatan ruang pori,aerasi,drainase,kapasitas penyimpanan air dan dekomposisi bahan organik,pencampuran partikel tanah,penyebaran mikroba serta perbaikan struktur agregat tanah (Widyati, 2013).
j. Menurunkan Bulk Density
Peran biota tanah dalam mempetahankan kesehatan tanah tidak diragukan lagi,tetapi kemampuan tersebut kurang dimanfaatkan karena masih banyak teknologi yang dikuasai. Teknologi yang diperlukan dalam pemanfaatan biota tanah meliputi seleksi spesies unggul,pemeliharaan,perbanyakan dan penggunaan kembali pda waktu tempat yang tepat. Tanah pada lahan kering dikawasan tropika basah umumnya memiliki lapisan bawah yang padat untuk tanah yang relatif tua serta miskin hara. Ada umunya tanah-tanah yang baru dibuka kadar bahan organik yang cukup tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian inokulan cacing tanah dapat meningkatkan P tersedia tanah dan jumlah kation menurunkan C/N,mengeliminir Al dalam tanah,meningkatkan ruang pori total,menurunkan bulk density serta meningkatkan ori drainase dan permeabilitas tanah (Mar’atush, 2010).
k. Meningkatkan pH
Bahan organik dapat menjaga keberlangsungan suplai dan ketersediaan hara dengan adanya kation yang mudah dipertukarkan. Nitrogen, fosfor dan belerang diikat dalam bentuk organik dan asam humus hasil dekomposisi bahan organik akan mengekstraksi unsur hara dari batuan mineral. Mempengaruhi kemasaman atau pH. Penambahan bahan organik dapat meningkatkan atau malah menurunkan pH tanah, hal ini bergantung pada jenis tanah dan bahan organik yang ditambahkan. Penurunan pH tanah akibat penambahan bahan organik dapat terjadi karena dekomposisi bahan organik yang banyak menghasilkan asam-asam dominan. Sedangkan kenaikan pH akibat penambahan bahan organik yang terjadi pada tanah masam dimana kandungan aluminium tanah tinggi , terjadi karena bahan organik mengikat Al sebagai senyawa kompleks sehingga tidak terhidrolisis lagi .
Peranan bahan organik terhadap perbaikan sifat kimia tanah tidak terlepas dalam kaitannya dengan dekomposisi bahan organik, karena pada proses ini terjadi perubahan terhadap komposisi kimia bahan organik dari senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses yang terjadi dalam dekomposisi yaitu perombakan sisa tanaman atau hewan oleh miroorganisme tanah atau enzim-enzim lainnya, peningkatan biomassa organisme, dan akumulasi serta pelepasan akhir. Akumulasi residu tanaman dan hewan sebagai bahan organik dalam tanah antara lain terdiri dari karbohidrat, lignin, tanin, lemak, minyak, lilin, resin, senyawa N, pigmen dan mineral, sehingga hal ini dapat menambahkan unsur-unsur hara dalam tanah (Ma’shum, 2003).
l. Agen remediasi
Bioremeidiasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dengan menggunakan mikroba bermanfaat dalam mengendalikan pencemaran (Hanafiah, dkk., 2009).
m. Memperbaiki aerase pada tanah
Fauna tanah berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan berat jenis,peningkatan ruang pori,aerasi,drainase,kapasitas penyimpanan air dan dekomposisi bahan organik,pencampuran partikel tanah,penyebaran mikroba serta perbaikan struktur agregat tanah (Mar’atush, 2010).
n. Memperbaiki drainase
Fauna tanah berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan berat jenis,peningkatan ruang pori,aerasi,drainase,kapasitas penyimpanan air dan dekomposisi bahan organik,pencampuran partikel tanah,penyebaran mikroba serta perbaikan struktur agregat tanah ( Mar’atush, 2010)
o. Berperan dalam siklus karbon
Karbon masuk ke dalam rantai mekanan melalui herbivora dan predator yang berfungsi sebagai konsumer, dan mikrobia seagai dekomposer. Proses ini dimulai ketika tumbuhan di makan oleh fauna tanah, maka dalam hal ini karbon yang terkandung dalam tumbuhan tersebut di transfer ke konsumer. Di dalam sistem pencernaan fauna tanah, bahan – bahan tersebut akan diurasi, kemudian karbon diserap sebagai nutrisi yang dimanfaatkan oleh fauna tersebut ( Hanafiah, dkk., 2009).
p. Meningkatkan KTK tanah
Peran biota tanah dalam mempetahankan kesehatan tanah tidak diragukan lagi,tetapi kemampuan tersebut kurang dimanfaatkan karena masih banyak teknologi yang dikuasai. Teknologi yang diperlukan dalam pemanfaatan biota tanah meliputi seleksi spesies unggul,pemeliharaan,perbanyakan dan penggunaan kembali pda waktu tempat yang tepat. Tanah pada lahan kering dikawasan tropika basah umumnya memiliki lapisan bawah yang padat untuk tanah yang relatif tua serta miskin hara. Ada umunya tanah-tanah yang baru dibuka kadar bahan organik yang cukup tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian inokulan cacing tanah dapat meningkatkan P tersedia tanah dan jumlah kation menurunkan C/N,mengeliminir Al dalam tanah,meningkatkan ruang pori total,menurunkan bulk density serta meningkatkan ori drainase dan permeabilitas tanah (Mar’atush, 2010)
q. Menggemburkan tanah
Fauna tanah berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan berat jenis,peningkatan ruang pori,aerasi,drainase,kapasitas penyimpanan air dan dekomposisi bahan organik,pencampuran partikel tanah,penyebaran mikroba serta perbaikan struktur agregat tanah (Mar’atush, 2010).
r. Merubah struktur tanah
Di dalam tanah, berdasarkan fungsinya dalam budidaya pertanian, secara umum terdapat dua golongan jasad hayati tanah, yaitu yang menguntungkan dan yang merugikan. Jasad hayati yang menguntungkan ini, yaitu yang terlibat dalam proses dekomposisi bahan organik, pengikat/penyediaan unsur hara dan atau pembentukan serta perbaikan struktur tanah. Sedangkan jasad yang merugikan adalah yang memanfaatkan tanaman hidup, baik sebagai sumber pangan atau sebagai inangnya, yang disebut sebagai hama atau penyakit tanaman maupun sebagai kompetitor dalam penyerapan hara dalam tanah (Hanafiah, 2005).
s. Indikator kerusakan tanah
Biomassa mikroba tanah digunakan sebagai bioindikator karena biomassa mikroba tanah sangat peka terhadap penurunan kadar bahan organik yang terkait dengan degradasi berbagai sifat- sifat fisik dan kimia suatu jenis tanah yang akhirnya akan menunjukkan data otentik mengenai kualitas dan kesehatan tanah tersebut. Jadi dapat kita ketahui keadaan jumlah populasi biota tanah dapat dijadikan acuan untuk mengetahui tingkat kualitas dan kesehatan tanah (Maftu’ah, dkk., 2001).
B. Praktek Pengelolaan Tanah secara Biologi (Teori dan Pengalaman Empiris)
Tanah dapat dikatakan sebagai laboratorium yang hidup. Berbagai organisme tanah baik yang berukuran sangat kecil seperti bakteri, fungi, aktinomisetes, protozoa dan alga yang dikelompokkan dalam mikroorganisme mudah dijumpai di tanah. Demikian pula organisme tanah lain yang termasuk dalam kelompok tumbuhan seperti akar tanaman (makroflora) dan berbagai hewan tanah berukuran kecil (mikrofauna) seperti nematode, berukuran sedang (mesofauna) seperti mikroarthropoda hingga yang berukuran besar (mesofauna) seperti cacing tanah menjadi penghuni tanah. Organisme tanah ini mempunyai peranan penting bagi kehidupan tanaman dan bagi tanah itu sendiri. Tanpa aktivitas berbagai organisme tanah tersebut tanaman tidak akan memperoleh nutrisi dari tanah secara berkesinambungan. Sesuai dengan peran masing-masing, berbagai organisme ada yang berperan sebagai produser maupun konsumer, dekomposer maupun sebagai predator dan mereka membentuk jaring-jaring makanan tanah (soil food web) yang menyediakan berbagai kebutuhan nutrisi tanaman maupun organisme itu sendiri.
Aktivitas biologi ditentukan oleh faktor- faktor pada 3 tingkat yang berbeda. Pertama pada skala organisme secara individu, aktivitas biologi ditentukan oleh keadaan- keadaan seperti temperatur dan kelembapan dalamhabitat mikroorganisme. Kedua, pada skala populasi aktivitas biologi ditentukan oleh jumlah keragamaan habitat, jenis penggangu habitat, dan keragamaan dan interaksi-interaksi antara berbagai populasi tanah. Ketiga pada skala proses biologi, fungsi-fungsi seperti siklus hara atau pengendalian dipengaruhi oleh interaksi- interaksi populasi biologi dengan sifat- sifat kimia dan fisika tanah (Yulipriyanto, 2010).
Perbaikan tanah dilakukan lebih pada menyeimbangkan kembali hubungan simbiosis mutualisme atau hubungan yang saling menguntungkan pada alam. Dengan kembalinya struktur pada tanah secara umum maka biota tanah sebagai penyedia unsur hara dan penjaga kesuburan tanah akan kembali, dengan terjaganya kesuburan tanah maka daya ikat tanah terhadap air, terhadap unsur hara dan tanah sebagaisumber hidup utama tanaman akan terpenuhi (Widodo, 2010).
Pengelolaan konidisi biologis tanah meliputi konsep pengelolaan tanah dengan teknologi masukan rendah (LISA) yaitu memanfaatkan pupuk hayati dalam perbaikan sifat kimia tanah atau kesuburan tanah. Di samping konsep LISA juga akan dijelaskan :
1. Peranan jazad hidup tanah dalam pembentukan atau pemantapan struktur tanah.
2. Interaksi jasad hidup tanah dengan bahan organik dalam pelapukan mineral dan pembentukan tanah.
3. Peranan interaksi jazad hidup di tanah dengan akar tanaman dalam proses pembentukan/ agregasi tanah
Penggunaan pupuk hayati (biosfertilizer) bertujuan utntuk mengurangi penggunaan pupuk-pupuk an organik atau bahan-bahan kimia. Penggunaan pupuk hayati bertendensi low input atau penggunaan input yang rendah dan akrab lingkungan. Definisi pupuk hayati adalah penggunaan jazad hidup untuk meningkatkan kesuburan tanah antara lain :
1. Untuk meningkatkan nitrogen tanah, digunakan Rhizobium, Azosprilillum, Azotobacter, Azolla dan BGA ( Blue Green Algae)
2. Untuk meningkatkan kadar P, digunakan Mikoriza, bakter pelarut fostat
3. Untuk meningkatkan kualitas kompos, digunakan cacing tanah dan EM4.
1. Pengelolaan Tanah dengan Teknologi Masukan Rendah
LEISA (Low external input sustainable agriculture) merupakan suatu pilihan yang layak bagi petani dan bisa melengkapi bentuk-bentuk lain produksi pertanian. Karena sebagian besar petani tidak mampu untuk memanfaatkan input buatan itu atau hanya dalam jumlah yang sangat sedikit, maka perhatian perlu dipusatkan pada teknologi yang bisa memanfaatkan sumber daya lokal secara efisien. Petani yang kini menerapkan HEIA, bisa saja mengurangi pencemaran dan biaya serta meningkatkan efisiensi input luar dengan menerapkan beberapa teknik LEISA.
LEISA mengacu pada bentuk-bentuk pertanian sebagai berikut:
Berusaha mengoptimalkan sumber daya lokal yang ada dengan mengkombinasikan berbagai macam komponen sistem usaha tani, yaitu tanaman, hewan, tanah, air, iklim, dan manusia sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang paling besar.
Berusaha mencari cara pemanfaatan input luar hanya bila diperlukan untuk melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam ekosistem dan meningkatkan sumber daya biologi, fisik, dan manusia. Dalam memanfaatkan input luar, perhatian utama diberikan pada maksimalisasi daur ulang dan minimalisasi kerusakan lingkungan. LEISA (Low external input sustainable agriculture) tidak bisa dipresentasikan sebagai solusi mutlak terhadap masalah-masalah pertanian dan lingkungan yang mendadak di dunia ini, tetapi LEISA bisa memberikan kontribusi yang berharga untuk memecahkan beberapa permasalahan tersebut: LEISA terutama merupakan suatu pendekatan pada pembangunan pertanian yang ditujukan pada situasi di daerah-daerah pertanian tadah hujan yang terabaikan oleh pendekatan-pendekatan konvensional.
Prinsip-prinsip ekologi dasar pada LEISA bisa dikelompokkan sebagai berikut: Menjamin kondisi tanah yang mendukung bagi pertumbuhan tanaman, khususnya dengan mengelola bahan-bahan organik dan meningkatkan kehidupan dalam tanah. Mengoptimalkan ketersediaan unsur hara dan menyeimbangkan arus unsur hara, khususnya melalui peningkatan nitrogen, pemompaan unsur hara, daur ulang dan
2. Pemanfaatan Pupuk Luar sebagai Pelengkap
Meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi matahari, udara dan air dengan cara pengelolaan iklim mikro, pengelelolaan air, dan pengendalian erosi. Meminimalkan serangan hama dan penyakit terhadap tanaman dan hewan melalui pencegahan dan perlakuan yang aman.
Saling melengkapi dan sinergi dalam penggunaan sumber daya genetik yang mencakup penggabungan dalam sistem pertanian terpadu dengan tingkat keanekaragaman fungsional yang tinggi.
Metode LEISA mengacu pada bentuk-bentuk pertanian sebagai berikut: Optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal yang ada dengan mengkombinasikan berbagai macam komponen sistem usaha tani, yaitu tanaman, ternak, ikan, tanah, air, iklim, dan manusia sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang paling besar. Pemanfaatan input luar dilakukan hanya bila diperlukan untuk melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam agroekosistem dan meningkatkan sumber daya biologi, fisik, dan manusia. Dalam memanfaatkan input luar, perhatian utama diberikan pada mekanisme daur ulang dan minimalisasi kerusakan lingkungan. Metode LEISA tidak bertujuan memaksimalkan produksi dalam jangka pendek, namun untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka panjang. LEISA berupaya mempertahankan dan sedapat mungkin meningkatkan potensi sumber daya alam serta memanfaatkannya secara optimal.
Beberapa hal yang tercakup dalam pengelolaan tanah dengan teknologi masukan rendah adalah :
a. Mengatasi kendala-kendala fisik dan kimia
b. Mengurangi kebutuhan pupuk dan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk
c. Mengurangi penggunaan pupuk kimia
d. Tidak terjadi pengurasan unsur hara tanah (Reijntjes dkk.,1999)
Unsur –unsur teknologi masukan rendah yaitu : non hayati seperti bantuan fostaf alam, kapur, sedangkan unsur hayati seperti bahan organik dan jasad mikro yang dapat memfiksasi nitrogen, pelarut fosfor, mikiriza, EM4 dan cacing.
3. Pengelolaan Lahan Pertanian yang dapat Memperkaya Organisme Tanah
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan para petani untuk meningkatkan kegiatan organisme tanah di lahan mereka, diantaranya adalah:
a. Menyediakan makanan
Petani dapat menyediakan bahan makanan untuk organisme tanah dengan cara memelihara tanaman penutup tanah dan menambah bahan organik seperti mulsa, kompos, merang, pupuk hijau, dan pupuk kandang ke dalam tanah yang mereka kelola.
b. Menyediakan cukup oksigen (aerasi tanah yang baik)
Seperti mahluk hidup yang lain, organisme tanah membutuhkan cukup oksigen untuk hidup. Petani dapat menjamin ketersediaan oksigen yang cukup untuk organisme tanah dengan cara mencegah pemadatan tanah. Pemadatan tanah dapat mengurangi pori-pori tanah sehingga ketersedian udara menjadi lebih sedikit. Pemadatan tanah dapat terjadi apabila tanah diinjak-injak oleh hewan dan manusia atau dilalui mesin-mesin berat secara berlebihan (trampling), terutama pada saat tanah sedang basah.
c. Menyediakan air
Organisme tanah juga membutuhkan air dalam jumlah tertentu. Tetapi kalau terlalu banyak air (dalam tanah yang jenuh), mereka bisa mati karena kekurangan oksigen. Petani dapat mengatur ketersediaan air didalam tanah dengan cara memperbaiki struktur tanah. Aggergate tanah yang lebih besar dapat menyimpan air di dalam pori-pori halus, dan dapat mengeluarkan kelebihan air melalui pori-pori besar. Drainase yang cukup di lahan yang banjir juga dapat memperbaiki kondisi tanah untuk habitat organisme tanah.
d. Melindungi habitat biota
Petani dapat mendukung kehidupan organisme tanah dengan cara melindungi habitat mereka. Pemeliharaan tanaman penutup tanah adalah cara yang terbaik untuk melindungi habitat organisme tanah dari bahaya kekeringan. Penggunaan mulsa juga dapat melindungi habitat mereka. Penggunaan mulsa organik dapat juga berfungsi sebagai sumber makanan bagi organisme tanah. Musa plastik dapat mengurangi resiko penyakit dan hama tertentu karena mulsa tersebut cenderung meningkatkan suhu permukaan tanah dan dapat menghambat pergerakan hama dari tanah ke tanaman. Tetapi mulsa plastik tidak dapat meningkatkan bahan organik tanah sehingga pendauran ulang unsur hara tidak terjadi. Cara yang lain adalah dengan pengolahan tanah yang tepat guna. Pengolahan tanah yang berlebihan dapat merusak pori-pori tanah dimana organisme tanah hidup.
4. Pengelolaan Tanah dan Air serta Hubungannya dengan Sifat Biologi Tanah
Batasan ilmu Pengelolaan Tanah dan Air adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang: Pengaturan peruntukan lahan, pemanfaatan dan penggunaan tanah dan air untuk berbagai kepentingan termasuk usaha pertanian dengan cara-cara tertentu secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil produksi yang optimal, berkesinambungan dan berkelanjutan. Berdasarkan batasan ilmu pengetahuan ini maka ilmu pengelolaan tanah dan air bersifat terapan, berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan tanah dan air untuk berbagai kepentinga pembangunan. Setiap bidang tanah memiliki potensi tertentu, memiliki tingkat kemampuan dan daya dukung tertentu serta mempunyai tingkat kesesuaian tertentu untuk peruntukan jenis komoditi pertanian tertentu yang berbeda dengan bidang tanah lainnya. Adanya variasi jenis tanah membuat adanya variasi tingkat kemampuan tanah dan air untuk mendukung keberhasilan peruntukan pemanfaatan/penggunaan tanah dan air, termasuk untuk kepentingan usaha pertanian. Di sisi lain, jenis komoditi yang akan diusahakan dan dikembangkan juga sangat bervariasi jenisnya dan mempunyai karakteristik tertentu yang membutuhkan persyaratan tertentu untuk dapat tumbuh danberproduksi. Kecocokan sifat karakteristik lahan dengan karakteristik dan persyaratan tumbuh jenis tanaman itulah yang menentukan peruntukan lahan secara efektif.
Sifat karakteristik tanah ditentukan oleh bagaimana sifat fisik, kimia dan biologis tanah sebagai gambaran potensi produktivitas tanah. Sifat fisik, kimia dan biologis tertentu telah diketahui dan dijelaskan pada setiap jenis tanah.
Cara-cara bagaimana dalam Pengelolaan Tanah dan Air yang tepat dan efisien diterapkan pada sebidang tanah untuk usaha komoditi pertanian tertentu dapat mendukung hasil yang optimum. Cara-cara pengelolaan ataupun teknik pengelolaan tanah dan air yang tepat dan efisien diterapkan tergantung pada kodisi lahan yang ada. Utamanaya mengenai kemampuan lahan dan persyaratan kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi. Teknik pengelolaan tanah dan air tidak lain merupakan tindakan perlakuan yang dipilih dan diatur mulai dari persiapan tanah sampai panen yang disesuaikan dengan kemampuan lahan (karakteristik lahan) dan karakteristik jenis komoditi yang diusahakan yang membutuhkan persyaratan tertentu. Bila pada tanah terdapat kondisi (fisik, kimia dan biologi tanah) yang kurang ataupun tidak optimal mendukung pertumbuhan dan pencapaian hasil, dijadikan dasar untuk memilih tindakan perlakuan apa yang harus diberikan pada tanah.
Tindakan perlakuan untuk memperbaiki kondisi tanah agar sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan kebutuhan tanaman dapat berupa land clearing, penterasan, pengolahan tanah, perbaikan drainase, pemupukan dan sebagainya. Pemilihan teknik pengelolaan tanah dan air secara efisien dan efektif untuk mencapai hasil produksi yang optimal. Pengertian batasan ilmu Pengelolaan Tanah dan Air, menekankan bahwa tujuan dan sasaran yang akan dicapai dari pengaturan pemanfaatan dan penggunaan tanah dengan teknik (cara-cara) tertentu adalah tercapainya hasil produksi secara ekonomi menguntungkan. Karena itu semua tindakan perlakuan dalam pengelolaan tanah dan air adalah merupakan input biaya produksi yang harus dipertimbangkan apakah setiap macam tindakan perlakuan secara ekonomi dapat memberi keuntungan yang langsung dirasakan maupun keuntungan jangka panjang. Ada tindakan perlakuan yang pengaruhnya terhadap peningkatan hasil produksi yang menguntungkan nyata pada panen saat itu, namun ada perlakuan yang bertujuan menstabilkan hasil produksi pada panen-panen berikutnya ataupun pengaruhnya nyata setelah satu dua tahun kemudian, tergantung macam dan jenis perlakuan yang diterapkan, seperti pemberian bahan organik ataupun penterasan dan sebagainya, pengaruhnya nyata secara ekonomi setelah 1 – 3 tahun kemudian.
Pemberian pupuk buatan termasuk salah satu perlakuan yang langsung (cepat) memperlihatkan pengaruhnya. Untuk mencapai hasil produksi optimal yang berkesinambungan dan berkelanjutan, sangat jelas bahwa pengelolaan tanah dan air selalu berorientasi pada prinsip konservasi dan pengawetan tanah dan air. Kesinambungan dan kelangsungan pencapaian hasil optimal dari suatu bidang tanah yang dikelola untuk suatu penggunaan tertentu hanya dapat dicapai bila dalam pengelolaannya selalu memperhatikan aspek konservasi dan pengawetan tanah dan air. Untuk itu setiap macam tindakan perlakuan yang dipilih tidak hanya benar sesuai pertimbangan ekonomi menguntungkan, tetapi harus pula berdasar aspek konservasi/pengawetan tanah adalah benar, efisien dan efektif (tepat guna) sesuai persyaratan keperluan konservasi tanah dan air agar keawetan kemampuan dan produktivitas tanah tetap terjaga atau dipertahankan, bahkan kalau dapat ditingkatkan. Pada setiap peruntukan/penggunaan tanah maupun pemilihan tindakan perlakuan pada suatu bidang tanah dengan kemampuan tertentu sudah benar dilaksanakan/dilakukan, bahkan sudah efisien, tetapi belum tentu tepat. Tepat atau tidak tepatnya pengelolaan tanah dan air, dampaknya akan nampak cepat atau lambat di kemudian hari. Jika pengelolaan tanah dan air benar dan tepat serta efisien diterapkan akan diperlihatkan oleh pencapaian hasil yang relatif stabil, keuntungan produksi yang dicapai atau bahkan meningkat. Tetapi bila pengelolaan tanah dan air benar pilihannya tetapi tidak tepat akan diperlihatkan hasil yang dicapai cenderung menurun dan terus menurun sampai pada tingkat yang merugikan, walaupun faktor iklim dan faktor lainnya sudah optimal.
Ilmu pengetahuan Pengelolaan Tanah dan Air bila dikaji lebih jauh berdasarkan batasan ilmu yang dikemukakan, ilmu pengetahuan ini mempunyai kaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan ilmu pengetahuan bidang pertanian dalam arti luas. Pada prinsipnya ilmu pengetahuan ini harus didukung oleh ilmu-ilmu dasar mengenai tanah dan air serta hubungannya dengan pengetahuan Ilmu Teknologi Budidaya Pertanian, Ilmu Keteknikan Pertanian (Mekanisasi Pertanian), Ilmu Kehutanan, Ilmu SoSial Budaya, Ilmu Sosial Eknomi, Ilmu Perlindungan Tanaman (Hama dan Penyakit Tanaman) serta Ilmu Perencanaan Pembangunan Pertanian.
C. Kesehatan Tanah dan Pertanian Berkelanjutan
Tanah merupakan bagian terpenting bagi segala kehidupan segala macam mahluk hidup dimana tanah merupakan tempat berpijak, hidup, dan melakukan segala aktivitas. Selain itu tanah, tanah merupakan sumber daya alam penting selain air dan udara. Namun, sekarang ini sebagian besar orang hanya memperhatikan secara lebih kualitas air dan udara dibanding kesehatan tanah. Padahal kesehatan tanah yang tinggi menggambarkan kualitas lingkungan dan kesuburan tanah yang tinggi. Sehingga kesehatan tanah menjadi faktor penting bagi pertumbuhan tanaman.
1. Pengertian kesehatan tanah
Kesehatan tanah adalah kapasitas dan kemampuan tanah untuk mempertahankan produktivitas tanaman, menjaga ketersediaan dan mempertahankan air, dan mempertahankan kualitas lingkungan. Tanah yang memiliki kualitas tinggi akan memperlihatkan kurangnya polusi, pada tanah, penurunan tanah tidak terjadi, tanaman mengalami pertumbuhan yang sehat dan subur serta aman untuk dikonsumsi oleh manusia. Maka dari itu kesehatan tanah harus mencakup
a. Tanah yang mampu meningkatkan produktivitas tanaman dan lainnya
b. Tanah yang mampu mendukung kesehatan mahluk hidup
c. Tanah yang mampu menjaga kualitas lingkungan dari pengaruh negatif pencemaran lingkungan
Dalam mengukur kesehatan tanah, ada tiga indikator penting yaitu indikator fisik, kimia, dan biologi tanah. Indikator fisik adalah indikator yang meliputi tekstur tanah, kedalaman tanah, dan kemampuan tanah untuk menyimpan dan menyerap air. Indikator fisik memberikan gambaran tentang kandungan bahan organik yang terdapat pada tanah, seberapa cepat air masuk ke dalam tanah, dan kecil atau besarnya pori -- pori pada tanah. Indikator fisik juga menggambarkan kondisi fisik yang ada pada tanah sehingga menjadi faktor penting bagaimana mengolah tanah tersebut.
Yang kedua adalah indikator kimia. Indikator kimia meliputi pH tanah (asam atau basanya tanah), dan kandungan nutrisi dan hara pada tanah. Indikator kimia merupakan faktor penting dalam mengukur kesehatan tanah karena menjadi kunci dari produksi dan pertumbuhan tanaman serta mikroorganisme pada tanah. Dan yang terakhir adalah indikator biologi tanah. Indikator biologi meliputi temperatur pada tanah, transpirasi dan respirasi tanah, serta rasio C/N (kemampuan tanah untuk menguraikan bahan organik menjadi nutrisi dan hara oleh mikroorganisme). Indikator ini merupakan indikator paling sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada tanah, karena menunjukkan bahwa tanah tersebut mengalami penurunan kualitas dan terkena polusi atau pencemaran.
2. Hubungan Kesehatan Tanah dengan Pertanian Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan merupakan salah satu sistem pertanian yang menggabungkan aspek ekologi, biologi dan kimia seperti penggunaan pupuk organik untuk melengkapi kebutuhan hara pada tanaman, mengurangi penggunaan bahan kimia, dan lebih banyak menggunakan sumber daya alam secara efektif bagi lingkungan terutama tanah agar kesehatan tanah yang tinggi dapat dipertahankan. Pertanian jangka panjang memberikan manfaat jangka panjang dalam penggunaannya yakni:
a. Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keamanan tanaman
b. Menjaga dan melindungi lingkungan
c. Sektor pertanian dapat bertahan dari faktor alam dan manusia yang merusak dan serta mencemari lingkungan.
Pertanian berkelanjutan memberikan dampak di atas karena y dalam menjaga kesehatan tanah pada lahan, memakai mikroorganisme yang berguna mengembalikan kandungan unsur hara dan nutrisi pada tanah yang digunakan oleh tanaman dengan cara menguraikan kembali sisa tanaman agar unsur hara dan nutrisi dari hasil penguraian dapat digunakan lagi oleh tanaman yang akan dibudidaya mendatang dan penggunaan pupuk kimia bisa ditekan. Selain penggunaan pupuk lebih efisien, pertanian berkelanjutan juga memakai pengendalian hama secara alami dan biologi dengan menggunakan mikroorganisme predator hama agar pemakaian pestisida yang mencemari lingkungan bisa dikurangi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Biologi tanah adalah sebuah studi mengenai aktivitas mikroba dan fauna beserta ekologinya di dalam tanah. Fauna tanah, biota tanah, atau edafon adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut organisme yang menghabiskan sebagian besar siklus hidupnya di dalam tanah atau sedimen organik di atasnya.
Jenis-jenis biota tanah mencakup:
1. Fauna besar vertebrata seperti tikus tanah, kelinci, dan rodentia.
2. Invertebrata seperti cacing tanah, centipede, siput, semut
3. Mesofauna tanah yang berukuran antara 100 mikrometer hingga 2 milimeter, seperti tardigrada, rayap
4. Mikrofauna dan mikroflora tanah yang berukuran 1 hingga 100 mikrometer, seperti bakteri, fungi, protozoa, rotifera, aktinobakteria
Peranan Biota tanah :
1. Biota Tanah berperan dalam proses dekomposisi
2. Membuat lubang pori dalam infiltrasi tanah
3. Menambah bahan organik
4. Merubah tekstur tanah
5. Merekatkan agregat tanah
6. Membantu proses enzimatis
7. Membantu pelarutan P
8. Menyumbang unsur hara
9. Meningkatkan Water Holding Capacity tanah
10. Menurunkan Bulk Density
11. Meningkatkan pH
12. Agen remediasi
13. Memperbaiki aerase pada tanah
14. Memperbaiki drainase
15. Berperan dalam siklus karbon
16. Meningkatkan KTK tanah
17. Menggemburkan tanah
18. Merubah struktur tanah
19. Indikator kerusakan tanah
Tanah dapat dikatakan sebagai laboratorium yang hidup. Berbagai organisme tanah baik yang berukuran sangat kecil seperti bakteri, fungi, aktinomisetes, protozoa dan alga yang dikelompokkan dalam mikroorganisme mudah dijumpai di tanah. Demikian pula organisme tanah lain yang termasuk dalam kelompok tumbuhan seperti akar tanaman (makroflora) dan berbagai hewan tanah berukuran kecil (mikrofauna) seperti nematode, berukuran sedang (mesofauna) seperti mikroarthropoda hingga yang berukuran besar (mesofauna) seperti cacing tanah menjadi penghuni tanah.
Perbaikan tanah dilakukan lebih pada menyeimbangkan kembali hubungan simbiosis mutualisme atau hubungan yang saling menguntungkan pada alam. Dengan kembalinya struktur pada tanah secara umum maka biota tanah sebagai penyedia unsur hara dan penjaga kesuburan tanah akan kembali, dengan terjaganya kesuburan tanah maka daya ikat tanah terhadap air, terhadap unsur hara dan tanah sebagaisumber hidup utama tanaman akan terpenuhi (Widodo, 2010).
Tanah merupakan bagian terpenting bagi segala kehidupan segala macam mahluk hidup dimana tanah merupakan tempat berpijak, hidup, dan melakukan segala aktivitas. Selain itu tanah, tanah merupakan sumber daya alam penting selain air dan udara. Namun, sekarang ini sebagian besar orang hanya memperhatikan secara lebih kualitas air dan udara dibanding kesehatan tanah. Padahal kesehatan tanah yang tinggi menggambarkan kualitas lingkungan dan kesuburan tanah yang tinggi. Sehingga kesehatan tanah menjadi faktor penting bagi pertumbuhan tanaman.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang tidak perna luput dari kesalahan, sehingga secara pribadi penulis sangat megharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini agar nantinya dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca khususnya bagi penulis sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Breure, A.M. 2004. Soil Biodiversity : Measurements, Indicators, Threats and Soil Functions. September 15th 17th 2004. Leon Spain.
Hanafiah 2005. Biologi Tanah, Ekologi dan Makrobiologi Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hanafiah, A.S., T. Sabrina, dan H. Guchi. 2009. Biologi dan Ekologi Tanah. USU Press. Medan
Hanafiah KA A Napoleon N Ghofar 2010. Biologi tanah: Ekologi dan makrobiologi tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Maftu’ah, E., Arisoesilaningsih, E. dan Handayanto. E,. 2001. Potensi diversitas makrofauna tanah sebagai indicator kesehatan tanah pada beberapa penggunaan lahan. Makalah Seminar Nasional Biologi 2. ITS. Surabaya.
Ma’ratush, S. 2010. Pemanfaatan Biota Tanah untuk Keberlanjutan Produktivitas Pertanian Lahan Kering Masam. UPI Press. Jakarta
Parr, J.F., R.I. Papendick, S.B.,S.B.Hornick, and R.E. Meyer.1992. Soil Quality: Attributes and relationship to Alternative and Sustainable Agriculture.USDA- Natural Conservation Service.
Sugiyarto 2007. Preferency of soil macrofauna to crops residue at different light intensity. Biodiversitas vol. 8, no. 2.
Widyati, E. 2013. Pentingnya Fungsional Keragaman Organisme Tanah terhadap Produktivitas Lahan. Balitbang Kehutanan Bogor Press. Bogor
Wulandari Suteni et al 2005. Decomposition Of Crop Organic Matters And Their Influence To Diversity Of Soil Mesofauna And Macrofauna Under Paraserianthes’stand (Paraserianthes Falcataria). Bioteknologi 4 (1): 20-27.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Pengelolaan Tanah secara Biologi dalam Pertanian Berkelanjutan”Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.
Pontianak, Januari 2020
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Biologi Tanah dan Peranannya 4
B. Praktek Pengelolaan Tanah secara Biologi (Teori dan
Pengalaman Empiris) 11
C. Kesehatan Tanah dan Pertanian Berkelanjutan 20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 22
B. Saran 24
DAFTAR PUSTAKA
No comments: