MAKALAH TENTANG ALELOPATI-PERTANIAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Alelopati merupakan pelepasan senyawa bersifat toksik yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman disekitarnya dan senyawa yang bersifat alelopati disebut alelokimia (Kurniasih,2002). Sedangkan menurut Rice (1995), Inderjit & Keating
(1999) dan Singh et al (2003) mendefinisikan alelopati sebagai pengaruh
langsung maupun tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap tumbuhan lainnya,
baik yang bersifat positif maupun negatif melalui pelepasan senyawa kimia ke lingkungannnya
(Junaedi et al., 2006).
Beberapa senyawa alelopati menghambat pembelahan sel-sel akar, menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel, menghambat respirasi akar, menghambat sintesis protein, menghambat aktivitas enzim, serta menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan (Soetikno, 1990).
Narwal (1999) dan Cipollini, et.al. (2008)
menyatakan bahwa efek penghambatan senyawa alelopati pada organisme target bisa
terjadi secara langsung maupun tidak langsung, namun bagaimana penghambatan
terjadi di alam belum bisa diketahui secara pasti. Hal ini dikarenakan terdapat
faktor lain selain alelokimia
yang bisa menghambat pertumbuhan diantaranya kompetisi, faktor biotik, dan abiotik (Brooks, 2008) sehingga penelitian ‘bioassay’ penting dilakukan untuk mengevaluasi potensi alelokimia tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian di atas,
yang menjadi permasalahan dalam makalah ini yaitu:
1.
Apa yang dimaksud dengan Alelopati ?
2.
Bagaimana sejarah ditemukannya istilah Alelopati ?
3.
Bagimana mekanisme dan proses terjadinya Alelopati ?
4.
Apa dampak negatif Alelopati bagi
tumbuhan ?
1
|
5.
Bagaimana cara penanggulangan dampak negatif Alelopati
bagi tumbuhan ?
6.
Apa manfaat Alelopati bagi tumbuhan ?
7.
Bagaimana cara penerapan Alelopati bagi pertanian ?
8.
Bagaimana proses Alelopati pada hewan ?
9.
Bagaimana proses alelopati pada makhluk hidup lainnya
?
C.
Tujuan
Adapun yang menjadi
tujuan dalam makalah ini yaitu :
1.
Untuk mengetahui pengertian Alelopati ?
2.
Untuk mengetahui sejarah ditemukannya istilah
Alelopati ?
3.
Untuk mengetahui mekanisme dan proses terjadinya
Alelopati ?
4.
Untuk mengetahui dampak negatif Alelopati bagi
tumbuhan ?
5.
Untuk mengetahui cara penanggulangan Alelopati ?
6.
Untuk mengetahui manfaat Alelopati bagi tumbuhan ?
7.
Untuk mengetahui cara penerapan Alelopati bagi pertanian
?
8.
Untuk mengetahui Alelopati pada hewan ?
9.
Untuk mengetahui alelopati pada makhluk hidup lainnya
?
D.
Manfaat
Dengan makalah ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Makalah ini diharapkan menjadi salah satu bahan
informasi bagi masyarakat secara umum.
2.
Dapat memberikan imformasi ilmiah bagi petani dan
instansi terkait tentang alelopati.
3.
Sebagai bahan masukan untuk mata kuliah “Ilmu Gulma
dan Pengendaliannya” tentang alelopati.
4.
Sebagai sumber informasi lanjutan bagi mahasiswa
Fakultas Pertanian untuk melakukan penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tumbuhan yang Mengandung Alelopati
Jenis pohon yang mengandung senyawa alelopati memiliki beberapa
kelompok bahan biokimia yang khas terhadap organisme lain : pertama, senyawa
yang mengandung anti-biotik (jasad renik kepada jasad renik); kedua
koloni (berkelompok); ketiga, senyawa fitosianida (sumber bahan kimia yang
berpengaruh pada bahan kimia mikroorganisme). Kandungan senyawa Allelopati pada
pohon yang bersifat efek racun memberikan efek bagi tumbuhan sehingga
mempengaruhi perkecambahan benih, pertumbuhan akar, efektivitas simbiotik,
merubah lahan yang mengandung banyak jasad renik, dan bersifat sebagai
pathologi pada serangga. Jenis Juglans nigra menurut Isfahan and
Shariati (2007) mempunyai senyawa alelopati yang dapat mematikan tanaman Lycopersicum
esculentum (tomat) dan Medicago sativa (alfalfa). Chou dan Kuo
(1986) dikutip Lambers et.all (1998) menyatakan bahwa sumber racun alelopati
pada pohon adalah daun, batang, cabang dan akar yang mengandung asam phenol.
Peranan asam fenol sangat menarik, menurut Hay (1991) senyawa ini merupakan
produk pemecahan yang bisa mengakibatkan penghambatan terhadap pengambilan
fosfat dan kalium.
3
|
Adapun beberapa contoh tumbuhan
yang memiliki alelopati antara lain sebagai berikut.
Jenis
tanaman
|
Dampak
|
Foto
|
Mimba
(Azadirachta indica) dan eukaliptus
|
Menghambat
tanaman yang tumbuh dalam jarak 5 meter.
|
|
Mangga
|
Bubuk
daun mangga kering dapat menghambat pertumbuhan teki ladang sepenuhnya.
|
|
Brokoli
|
Residu
brokoli dapat mencegah fungi Verticillium penyebab penyakit layu pada
beberapa tanaman sayur, contohnya kembang kol dan brokoli sendiri.
|
|
Gandum
dan gandum hitam
|
Penekanan
pertumbuhan gulma apabila gandum tersebut digunakan sebagai tanaman pelindung
atau mulsa.
|
|
Lantana
atau Saliara
|
Akar
dan tunas tanaman ini dapat mengurangi perkecambahan gulma anggur dan gulma
lainnya.
|
|
Golongan
Leucaena, contohnya lamtoro
|
Tanaman
Leucaena yang ditanam secara bersilangan dengan tanaman pangan di dalam sistem tumpang
sari dapat mengurangi hasil panen gandum dan kunir, namun meningkatkan hasil
panen jagung dan padi.
|
B. Dampak alelopati
Alelopati mampu menurunkan perkecambahan benih dan
memperlama waktu untuk berkecambah maupun kemunculan bibit di permukaan tanah
dibanding tanpa alelopati, karena aelopati mengakibatkan hambatan aktivitas
enzim-enzim yang melakukan degradasi cadangan makanan dalam benih sehingga
energi tumbuh yang dihasilkan sangat rendah dan dalam waktu lebih lama yang
selanjutnya menurunkan potensi perkecambahan. Menurut Sastroutomo (1991) bahwa
mekanisme alelopati antara lain menghambat aktivitas enzim, bahkan menurut
Fitter dan Hay (1991) bahwa alelopati dapat menyebabkan terjadinya degradasi
enzim dari dinding sel, sehingga aktivitas enzim menjadi terhambat atau mungkin
menjadi tidak berfungsi. Hambatan fungsi enzim A amylase dan B amylase pada
degradasi karbohidrat, enzim protease pada degradasi protein, enzim lipase pada
degradasi lipida dalam benih menyebabkan energi tumbuh yang dihasilkan selama
proses perkecambahan menjadi sangat sedikit dan lambat, sehingga proses
perkecambahan menurun yang dicerminkan pada penurunan prosentase perkecambahan
dan meningkatnya lama waktu untuk berkecambah.
Selain itu Alelopati menyebabkan penurunan permiabilitas
membran sel, menghambat pembelahan, pemanjangan dan pembesaran sel, menurunkan
kemampuan penyerapan air dan unsur hara terlarut (Sastroutomo, 1991). Penurunan
permiabilitas sel akibat alelopati menjadikan sel tidak elastis sehingga
menghambat lalu lintas air dan hara terlarut melewati membran sel. Devlin dan
Witham (1983) menyebutkan bahwa permiabilitas sel yang menurun menyebabkan
hambatan lewatnya air dan hara terlarut. Hambatan tersebut terjadi pada saat
proses penyerapan unsur hara yaitu masuknya air dan hara terlarut ke sel akar
maupun transportasi unsur hara dan hasil fotosintesis diantara sel-sel jaringan pengangkut dalam
tanaman. Hambatan penyerapan unsur hara menyebabkan jumlah dan macam unsur
terserap sedikit, yang selanjutnya mengakibatkan hambatan penyusunan senyawa,
reaksi tertentu maupun proses fisiologi tanaman. Hambatan penyerapan unsur,
seperti N, S, P, Fe, Mg dan Mn mengakibatkan hambatan penyusunan senyawa
protein dan klorofil.
C. Mekanisme
dan proses terjadinya Alelopati
1.
Mekanisme Alelopati
Fenomena
alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antar tumbuhan, antar
mikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme (Einhellig, 1995a).
Menurut Rice (1984) interaksi tersebut meliputi penghambatan dan pemacuan
secara langsung atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh
suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap pertumbuhan dan
perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang berperan dalam mekanisme itu
disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat selektif, yaitu berpengaruh
terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme lain (Weston,
1996).
Alelokimia
pada tumbuhan dibentuk di berbagai organ, mungkin di akar, batang, daun, bunga
dan atau biji. Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat spesifik pada
setiap spesies. Pada umumnya alelokimia merupakan metabolit sekunder yang
dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik larut air, lakton, asam
lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, flavonoid, tanin, asam sinamat dan
derivatnya, asam benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam fenolat, asam
amino non protein, sulfida serta nukleosida. (Rice,1984; Einhellig, 1995b).
Pelepasan alelokimia pada umumnya terjadi pada stadium perkembangan tertentu,
dan kadarnya dipengaruhi oleh stres biotik maupun abiotik (Einhellig, 1995b).
Alelokimia
pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai organisme sasaran melalui
penguapan, eksudasi akar, pelindian, dan atau dekomposisi. Setiap jenis
alelokimia dilepas dengan mekanisme tertentu tergantung pada organ pembentuknya
dan bentuk atau sifat kimianya (Rice, 1984; Einhellig, 1995b).
Mekanisme
pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat) terhadap pertumbuhan dan
perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasaran melalui serangkaian proses
yang cukup kompleks, namun menurut Einhellig (1995b) proses tersebut diawali di
membran plasma dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran
membran, atau hilangnya fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap
penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan
stomata dan proses fotosintesis. Hambatan
berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein, pigmen dan senyawa
karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh
hambatan tersebut kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan pembesaran
sel yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sasaran.
2.
Proses
terjadinya Alelopati
Proses-proses terjadinya alelopati melalui penjelasan berikut ini :
b. Penguapan
Senyawa alelopati ada yang
dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa
alelopati melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa
kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh
tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke
dalam tanah yang akan diserap akar.
c. Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang
dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal
dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat.
d. Pencucian
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci
dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan
atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun,
sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan
tumbuhan ini.
e. Pembusukan organ tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian
organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan
cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas
membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya
dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau
jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.
Selain melalui cara-cara di atas,
pada tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ
yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan
yang sudah mati pun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada
di atas tanah maupun yang di bawah tanah.
D. Penerapan
Alelopati dalam Bidang Pertanian
Penerapan alelopati dalam
pertanian secara garis besar adalah untuk mengendalikan gulma dan penyakit
menggunakan bahan yang berasal dari tumbuhan atau mikroorganisme, yaitu
meminimalkan serangan hama (termasuk gulma) dan penyakit pada tanaman melalui
pencegahan dan perlakuan yang aman. Penggunaan pestisida yang berasal dari
tumbuhan bersifat relatif aman, karena berbeda dengan bahan kimia sintetis,
bahan alami mudah terurai sehingga tidak akan meninggalkan residu di tanah atau
air, dan oleh karena itu tidak menimbulkan pencemaran. Penanaman tanaman
produksi maupun non-produksi yang alelopatik terhadap gulma atau patogen bahkan
dapat dikatakan tidak menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan dan manusia,
dan murah bagi petani sehingga petani tidak perlu menambahkan input dari luar.
Pemanfaatan tanaman non-produksi alelopatik melalui rotasi tanam, cover
crop, dan tanaman sela dapat berperan ganda. Selain untuk mengendalikan gulma
atau patogen, teknik ini dapat mengoptimalkan ketersediaan unsur hara, karena
kedua jenis tanaman tersebut biasanya dipilih yang mempunyai kedalaman akar dan
kebutuhan hara yang berbeda, sehingga masing-masing mendapatkan hara dalam
jumlah cukup dan tidak terjadi eksploitasi unsur hara. Pemanfaatan sisa organ
tanaman tersebut sebagai mulsa juga dapat berperan ganda, yaitu meminimalkan
kerugian sebagai akibat radiasi matahari dengan pengelolaan iklim mikro,
pengelolaan air dan pengendalian erosi. Dengan menutup permukaan tanah maka
radiasi matahari tidak langsung mengenai tanah sehingga menurunkan suhu tanah,
mengurangi evaporasi (penguapan air tanah) dan akibatnya ketersedian air tanah
tetap memadai. Mulsa yang berasal dari bahan tanaman juga dapat mencegah erosi,
karena humus yang berasal dari mulsa merupakan bahan organik yang memiliki
retensi air yang cukup tinggi sehingga air terserap ke dalam tanah dan tidak
dapat menghanyutkan permukaan tanah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk
interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui
senyawa kimia, alelopati juga merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu
tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis
yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa
kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan.
Pemanfaatan mekanisme alelopati terutama untuk
mengendalikan gulma dan/atau patogen. Tumbuhan yang
bersifat sebagai alelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat
sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin
menurun. Namun kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh
tumbuhan dapat dipengaruhi oleh kerapatan tumbuhan alelopat, macam tumbuhan
alelopat, saat kemunculan saat kemunculan tumbuhan alelopat, lama keberadaan
tumbuhan alelopat, habitus tumbuhan alelopat, kecepatan tumbuh tumbuhan
alelopat, dan jalur fotosintesis tumbuhan alelopat (C3 atau C4).
|
B. Saran
Penyusun
berharap kepada pembaca untuk menyimak, mempelajari dan menggunakan makalah ”
Alelopati dan Penanggulangannya “ sebagai motivasi dan menjadi
referensi kepada pembaca dalam melakukan kegiatan usaha disektor
pertanian. Akhirnya penyusun sadari sepenuhnya bahwa
makalah yang kami susun jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini
diakses tanggal 26 Nopember 2014
diakses tanggal 26
Nopember 2014
diakses tanggal 26
Nopember 2014
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur
saya haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Judul makalah ilmiah ini yang saya ambil adalah “Pengaruh Sosial Budaya
Masyarakat Terhadap Pertanian”.
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi
Mahasiswa/i Universitas Panca Bhakti Pontianak.
Saya menyadari atas
kekurangan kemampuan saya dalam pembuatan makalah ini, sehingga akan menjadi
suatu kehormatan besar bagi saya apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun
agar makalah ini akan lebih baik lagi untuk tugas membuat makalah berikutnya.
Demikian akhir kata
dari saya, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan sebagai media
pembelajaran dalam dunia pertanian.
Pontianak, Desember
2018
Penulis
|
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C.
Tujuan ............................................................................................. 2
D.
Manfaat ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Tumbuhan yang Mengandung Alelopati ......................................... 3
B.
Dampak Alelopati ........................................................................... 5
C.
Mekanisme
dan proses terjadinya Alelopati ................................... 6
D.
Penerapan Elelopati Dalam Bidang pertanian ................................. 8
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ..................................................................................... 10
B.
Saran ............................................................................................... 11
ii
|
No comments: