PENGARUH IKLIM TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN PADI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Padi merupakan komoditi utama yang dibutuhkan bagi rakyat Indonesia dan
ketersediaannya mempengaruhi ketahanan pangan bangsa. Padi tidak hanya menjadi
komoditi utama di Indonesia, namun di beberapa Negara di Asia contohnya seperti
di negara Jepang, Thailand, Vietnam, dan beberapa negara lainnya di Asia. Saat
ini Indonesia sedang mengalami masalah yang cukup serius dalam produksi
komoditi padi. Hal itu disebabkan karena menurunnya produktifitas lahan yang
terjadi akibat perubahan iklim yang tidak menentu. Variasi curah hujan yang
terjadi berpengaruh terhadap masa tanam padi bagi para petani. Pergeseran masa
tanam ini berdampak pada kuantitas dan kualitas produksi tanaman padi (Las et
al., 2011). Produktivitas lahan yang menurun dipengaruhi oleh ketersediaan hara
di dalam tanah dan keadaan sifat fisik tanah.
1
|
Tetapi pada saat ini perubahan iklim bervariatif atau tidak teratur.
Menurut Lakitan (1994), “Faktor dominan yang menentukan perbedaan iklim secara
khusus antara lain ialah posisi relatif terhadap garis edar matahari (posisi
lintang), keberadaan lautan atau permukaan airnya, pola arah angin, rupa
permukaan daratan bumi (topografi), dan kerapatan dan jenis vegetasi”
Strategi antisipasi dan adaptasi bidang pertanian terkait perubahan atau
anomali iklim, khususnya anomali curah hujan yang terjadi mutlak diperlukan
agar produktivitas pertanian tetap terjaga. Mengingat kondisi iklim yang tak
lagi menentu, pola adaptasi tidak dapat lagi hanya dilakukan dengan
mengandalkan pola musim seperti dahulu. Telah banyak dilakukan penelitian
tentang fenomena pergeseran musim, dan hasilnya menyebutkan bahwa seringkali
terjadi pergeseran musim, seperti lebih lamanya musim kemarau, atau musim hujan.
Hal ini jelas berpengaruh terhadap jadwal tanam petani, khususnya petani padi
sawah tadah hujan, yang secara langsung memanfaatkan air hujan sebagai sarana
pengairan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, saya
merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1.
Apa yang dimaksud dengan
iklim?
2.
Apakah faktor terjadinya
perubahan iklim?
3.
Bagaimana pengaruh perubahan
iklim terhadap tanaman padi?
4.
Bagaimana perbandingan musim
kemarau dan musim penghujan terhadap produktivitas tanaman padi?
5.
Apa masalah yang dihadapi pada
saat musim kemarau dan musim penghujan terhadap tanaman padi di lapangan?
C.
Tujuan
Sejalan dengan rumusan
masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan:
1.
Pengertian Iklim
dan faktor
terjadinya perubahan iklim
2.
Pengaruh perubahan iklim pada
tanaman padi
3.
Perbandingan musim kemarau dan
musim penghujan terhadap produktivitas padi
4.
Masalah yang dihadapi pada
saat musim kemarau dan musim penghujan terhadap tanaman padi di lapangan
D.
Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoretis
maupun secara praktis. Secara teoretis makalah ini
berguna sebagai pengembangan konsep pengembangan produktivitas pangan terutama
padi disaat perubahan iklim yang tidak teratur.
E.
Prosedur
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini saya akan
menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data
teoretis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi pustaka,
artinya saya mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang
relevan dengan tema makalah. Data tersebut diolah dengan teknik analisisis
malalui kegiatan mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut
dalam konteks tema makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
5
|
A.
Kajian Teori
1.
Definisi Iklim
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan
waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Studi tentang
iklim dipelajari dalam klimatologi.
Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi
oleh letak geografis dan topografi tempat tersebut.
Pengaruh posisi relatif matahariterhadap suatu tempat di bumi menimbulkan musim, suatu penciri yang
membedakan iklim satu dari yang lain. Perbedaan iklim menghasilkan beberapa
sistem klasifikasi iklim.
Berdasarkan posisi relatif suatu tempat di bumi terhadap garis
khatulistiwa dikenal kawasan - kawasan dengan kemiripan iklim secara umum
akibat perbedaan dan pola perubahan suhu udara, yaitu kawasan tropika (23,5°LU - 23,5°LS), subtropika
(23,5°LU - 40°LU dan 23°LS - 40°LS), sedang (40°LU
- 66,5°LU dan 40°LS-66,5°LS), dan kutub (66,5°LU -
90°LU dan 66,5°LS - 90°LS).
Musim di Indonesia terbagi menjadi 2 macam, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Pembagian 2 musim di Indonesia karena negara Indonesia memiliki iklim tropis.
Iklim adalah kondisi cuaca rata-rata berdasarkan lamanya waktu untuk
lokasi tertentu di Bumi atau planet lain. Studi tentang iklim dipelajari dalam
klimatologi. Iklim bumi dipengaruhi oleh geografi dan topografi. Pengaruh
posisi matahari relatif bergerak sehingga berdampak pada bumi dan menyebabkan
musim, perbedaan iklim memproduksi beberapa sistem klasifikasi iklim. Sedangkan
Menurut Gibbs dalam LAPAN (2009) Iklim adalah peluang statistik berbagai
keadaan atmosfer antara lain suhu, tekanan, angin, dan kelembaban, yang terjadi
disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang. Sementara dalam Glossary of
meteorology iklim adalah keseluruhan dari cuaca yang meliputi jangka waktu
panjang di suatu wilayah.
2.
Faktor Terjadinya Perubahan
Iklim di Indonesia
Perubahan iklim adalah perubahan variabel
iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara
berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun
(inter centenial). Perubahan iklim tersebut
disebabkan oleh kegiatan manusia (anthropogenic), khususnya yang berkaitan
dengan pemakaian bahan bakar fosil dan alih-guna lahan. Kegiatan manusia yang
dimaksud adalah kegiatan yang telah menyebabkan peningkatan konsentrasi GRK di
atmosfer, khususnya dalam bentuk karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan
nitrous oksida (N2O). Gas-gas inilah yang selanjutnya menentukan peningkatan
suhu udara, karena sifatnya yang seperti kaca, yaitu dapat meneruskan radiasi
gelombang-pendek yang tidak bersifat panas, tetapi menahan radiasi
gelombang-panjang yang bersifat panas. Akibatnya atmosfer bumi makin memanas
dengan laju yang setara dengan laju perubahan konsentrasi
GRK. Secara umum, perubahan iklim akan membawa perubahan pada parameter-parameter
cuaca, yaitu temperatur, curah hujan, tekanan, kelembaban udara, laju serta
arah angin, kondisi awan, dan radiasi matahari (Aliadi et al.2008).
3.
Pengaruh Perubahan Iklim terhadap
Tanaman Padi
Perubahan kualitas udara, hujan asam,
kelembaban tanah akan menghasilkan bioklimat baru bagi sistem produksi
pertanian, khususnya sistem produksi padi. Ciri utama bioklimat baru antara
lain adalah konsentrasi CO2 di udara semakin tinggi, suhu semakin
panas, dan iklim ekstrim (El-Nino/La-Nina) akan lebih sering terjadi. (BB
Padi-Balitbang. 2015). IRRI mensintesis pengaruh parameter iklim, pada kondisi
iklim yang berubah, terhadap hasil dan produksi padi. Secara singkat sintesis
itu diuraikan sebagai berikut:
a.
Naiknya konsentrasi CO2 menimbulkan
dampak positif terhadap biomassa padi, tetapi pengaruh bersihnya terhadap hasil
padi bergantung pada penurunan hasil akibat kenaikan suhu udara. Untuk setiap
75 ppm kenaikan konsentrasi CO2, hasil padi akan naik 0,5 t/ha,
tetapi hasil padi akan turun 0,6 t/ha untuk setiap kenaikan suhu 10 C.
Hasil penelitian dengan menggunakan FACE (Free-air CO2 enrichment) menunjukan
bahwa kenaikan hasil karena naiknya konsentrasi CO2 tidak
sebesar dari penelitian yang menggunakan sistem tertutup (enclousure
Chambers)
b.
Kenaikan suhu dan kejadian
cuaca ekstrim adalah salah satu indikator dari perubahan iklim (Mirza 2003).
Pada tanaman padi suhu tinggi ekstrim sangat penting pada periode pembungaan.
Ekspose tanaman terhadap suhu tinggi ekstrim pada stadia pembungaan dalam
beberapa jam mengurangi viabilitas tepungsari, dan menyebabkan kehilangan
hasil. Sterilitas gabah naik cepat pada suhu lebih dari 35oC
(Osada et al. 1973, Mitsui et al. 1976), dan
peningkatan CO2 bersamaan dengan suhu tinggi dapat memperburuk
keadaan, karena turunnya pendinginan tanaman melalui transpirasi.
c.
Kenaikan suhu malam adalah
penyebab utama dari naiknya suhu global sejak pertengahan abad ke-20 (Kukla dan
Karl 1933). Hasil padi berkolerasi negatif dengan suhu malam (Peng et
al. 2004). Alasan dari korelasi negatif ini adalah variasi radiasi
matahari, kehilangan akibat respirasi atau pengaruh-pengaruh diferensial dari
suhu malam. Suhu siang terhadap pertumbuhan anakan, pengembangan luas daun,
pemanjangan batang dan pengisian gabah (Peng et al. 2004,Sheehy et
al. 2005).
d.
Pemanasan akan mengakselerasi
banyak proses mikrobiologi dalam sistem tanah-genangan air yang konsekuensinya
adalah pada siklus N dan C. Kenaikan suhu tanah dapat juga menaikkan kehilangan
CO2 autotrop dari tanah karena akar, eksudat akar dan pergantian akar-akar
halus. Tanaman padi yang tumbuh pada suhu tanah tinggi dapat mengubah partisi C
dan N-nya dibanding dengan yang tumbuh pada suhu tanah rendah (Lynch and St.
Clair 2004)
Perubahan iklim global akan mempengaruhi setidaknya tiga unsur iklim dan
komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu:
a. Naiknya suhu udara yang juga berdampak terhadap unsur iklim lain,
terutama kelembaban dan dinamika atmosfer,
b. Berubahnya pola curah hujan,
c. Semakin meningkatnya intensitas kejadian iklim ekstrim (anomali iklim)
seperti El-Nino dan La-Nina, dan
d. Naiknya permukaan air laut akibat pencairan gunung es di kutub utara.
(Direktorat Pengelolaan Air, 2009).
4.
Perbandingan Musim Kemarau dan
Musim Penghujan terhadap Produktifitas Tanaman Padi
Dampak terhadap pertanian dan ketahanan pangan produksi beras di
Indonesia sangat bergantung pada pola musim penghujan, yang berdampak sangat
penting pada performa pertanian selama musim basah (utama) dan musim kemarau
(kedua). Oleh karena itu tejadinya perubahan iklim tentunya juga mempengaruhi
produksi beras atau pertanian padi. Kenaikan suhu udara akan meningkatkan
kebutuhan air oleh tanaman untuk melakukan evapotranspirasi, yaitu proses
gabungan antara transpirasi tanaman dengan evaporasi tanah yang terjadi
bersamaan. Tingkat ketersediaan air bagi suatu pertanaman berpengaruh pada
proses pembukaan stomata dan laju fotosintesis. Salah satu indikator dari
proses ini adalah laju transpirasi tanaman, sehingga jika air tersedia cukup
untuk proses transpirasi maka laju fotosintesis akan berlangsung dengan optimal
dan sebaliknya, jika air tidak tersedia terus menerus maka tanaman akan
mengalami cekaman (stress) air sehingga menjadi kering dan akhirnya mati,
sehingga akan mengurangi luas panen suatu pertanaman padi (Ritchie, 1972).
Kemudian dalam faktor hama, saat musim penghujan hama tanaman padi yang
umumnya menyerang yaitu hama wereng batang cokelat. Masalah hama tersebut bisa
saja diminimalisir dengan cara menggunakan pestisida, tetapi penggunaan
pestisida secara terus menerus akan mengakibatkan hama tersebut resistan
(kebal) terhadap pestisida yang diberikan, sehingga serangan hama wereng akan
semakin meningkat.
5.
Adaptasi Petani Padi
Menggunakan Metode Sawah Tadah Hujan dan Irigasi terhadap Perubahan Iklim
Perubahan ketersediaan air akibat pergeseran musim, penurunan intensitas
hujan serta kenaikan suhu tentunya memiliki pengaruh bagi pertanian padi yang
dalam budidayanya sangat bergantung pada ketersediaan air. Namun pengaruh yang
dirasakan tidak sama antara padi sawah irigasi dengan padi padi sawah tadah
hujan. Sawah tadah hujan memiliki tingkat kerentanan yang lebih tinggi akibat
perubahan ketersediaan air dibandingkan dengan sawah irigasi. Pada sawah tadah
hujan, perubahan ketersediaan air menjadi hal yang sangat berpengaruh pada
pertanian padi di wilayah ini. Perubahan ketersediaan air yang menunjukkan
kecenderungan penurunan ketersediaan air dikarenakan datangnya musim hujan
semakin tidak pada waktunya, serta intensitas hujan yang menurun pula.
Karena hal tersebut, kerentanan akan kekeringan dan resiko gagal panen
semakin tinggi, sehingga petani melakukan strategi adaptasi untuk menanggulangi
hal tersebut. Bentuk adaptasi yang dilakukan petani dalam mengatasi penurunan
ketersediaan air tersebut adalah dengan menggunakan pompa untuk mendapatkan air
yang berasal dari air tanah. Pompa tersebut bekerja dengan menyedot air tanah,
lalu pada pompa dipasangi selang berdiameter ±10cm untuk mengalirkan air ke
seluruh lahan sawah agar tetap mendapatkan air yang cukup hingga tiba masa
panen. Penggunaan pompa tersebut makin banyak digunakan petani sejak terjadinya
kemarau panjang pada tahun 1997/1998 meskipun sejak tahun tersebut hingga kini
makin banyak petani yang menggunakan pompa, namun tidak semua petani memiliki pompa.
Bagi petani yang tidak memiliki pompa sendiri, mereka menumpang menggunakan
pompa petani lain dengan menggunakan selang tambahan dan membayar Rp 15.000/jam.
Penggunaan pompa air dan mesin oven padi merupakan bentuk adaptasi
petani terhadap dampak perubahan iklim dalam bentuk teknologi untuk melakukan
penyesuaian terhadap perubahan lingkungan berupa perubahan ketersediaan air.
Adanya kelangkaan sumberdaya alam, dalam hal ini adalah air membuat manusia
berupaya lebih dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Upaya-upaya
tersebut dapat berupa eksploitasi sumberdaya alam yang dapat dilihat dari
adaptasi dalam bentuk teknologi di lingkungan mereka (Steward, dalam Gunn
1980).
B.
Pembahasan
Perubahan iklim disebabkan oleh kegiatan manusia itu sendiri
(anthropogenic) yang mengakibatkan timbulnya Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer, khususnya dalam bentuk karbon dioksida (CO2), metana
(CH4), dan nitrous oksida (N2O). Gas itulah yang menyebabkan atmosfer memanas
sejalan dengan laju konsentrasi GRK. Hal tersebut menimbulkan terjadinya
iklim-iklim ekstrim seperti El-Nino dan La-Nina.
Banyaknya kadar CO2 di atmosfer memberikan dampak positif dalam
pertumbuhan padi dalam proses fotosintesis, kemudian peningkatan suhu ekstrim
yang tinggi sangat penting untuk proses pembungaan, akan tetapi apabila di
imbangi dengan keadaan kadar CO2 yang tinggi akan mengakibatkan turunnya
pendinginan tanaman melalui transpirasi.
Aspek penting dari peningkatan kadar CO2 dalam atmosfer adalah
kecenderungan tanaman untuk menutup sebagian dari stomata pada daunnya. Dengan
tertutupnya stomata ini penguapan air akan menjadi berkurang, dan dengan itu
berarti efisiensi penggunaan air meningkat. Kekurangan air adalah faktor
pembatas utama dari produktifitas tanaman. Bukti yang selama ini dikumpulkan
menunjukan bahwa peningkatan CO2 di atmosfer meningkatkan efisiensi penggunaan
air. Hal ini adalah penemuan yang penting bagi bidang pertanian dan juga bagi
ekologi. Implikasi dari hal itu bermacam-macam, salah satunya adalah
peningkatan daya tahan terhadap kekeringan dan berkurangnya kebutuhan air untuk
pertanian.
Perubahan iklim global akan mempengaruhi setidaknya tiga unsur iklim dan
komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu:
1.
Naiknya suhu udara yang juga
berdampak terhadap unsur iklim lain, terutama kelembaban dan dinamika atmosfer,
2.
Berubahnya pola curah hujan,
3.
Semakin meningkatnya
intensitas kejadian iklim ekstrim (anomali iklim) seperti El-Nino dan La-Nina,
dan
4.
Naiknya permukaan air laut
akibat pencairan gunung es di kutub utara. (Direktorat Pengelolaan Air, 2009).
Ketidakteraturan musim pada saat ini merupakan imbas dari penyebab
perubahan iklim. Pada musim penghujan, sawah tadah hujan mendapat dampak
positif saat pengairan, akan tetapi hama penyakit pada saat penghujan
meningkat. Kemudian untuk musim kemarau, petani sawah tadah hujan harus
menggunakan adaptasi dengan menggunakan teknologi yyaitu berupa pompa air bawah
tanah agar pengairan berjalan dengan optimal. Akan tetapi penggunaan teknologi
tersebut hanya dapat dinikmati oleh petani kelas atas karena biaya penyewaan
atau pembelian alat tersebut relatif mahal.
Jadi setiap metode tanam padi mempunyai dampak-dampak dan cara adaptasi
yang berbeda terhadap perubahan iklim yang terjadi sewaktu-waktu. Diperlukan
adanya pola tanam yang sesuai dengan metode sawah yang digunakan.
Petani sawah tadah hujan biasanya menggunakan pola tanam palawija-padi.
Masa tanam pada MT 1 umumnya petani di lahan sawah tadah hujan menanam
komoditas palawija (misal kacang tanah, dan jagung manis), selanjutnya pada MT
2 ditanami oleh padi sawah. Pada MT 3 sebagian petani ada yang kembali menanam
padi (walaupun terkadang gagal panen/akibat kekeringan), dan sebagian lahan
dibiarkan berair, sehingga indeks pertanaman di lahan sawah tadah hujan hanya
dua kali (IP 200). Untuk meningkatkan indeks pertanaman di lahan sawah tadah
hujan dilakukan dengan pemanfaatan lahan berair.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Iklim adalah kondisi cuaca rata-rata berdasarkan lamanya waktu untuk
lokasi tertentu di bumi atau planet lain. Perubahan Iklim dipengaruhi oleh
kegiatan manusia itu sendiri yang mengakibatkan timbulnya Gas Rumah Kaca (GRK).
Imbasnya pada keadaan cuaca yang tak menentu yang berpengaruh pada pertumbuhan
tanaman padi. Faktor ketidakteraturan cuaca tersebut merupakan masalah yang
serius bagi petani padi sawah tadah hujan ataupun sawah sistem irigasi.
Diperlukan adaptasi terhadap perubahan iklim ini, contonya pada saat musim
kemarau petani sawah tadah hujan menggunakan alat teknologi untuk
mempertahankan produktivitas padinya. Kemudian pola tanam juga harus di
perhatikan demi meminimalisir adanya kerugian gagal panen yang berdampak pada
penurunan produktivitas padi.
B.
Saran
Perlunya upaya yang lebih efektif dalam menghadapi perubahan iklim di
masa sekarang, karena cuaca yang sedang ekstrim dan tidak menentu seringkali
pertumbuhan tanaman padi sering terganggu oleh banyak faktor.
Saya
menyarankan kritik dan saran dari pembaca yang membangun demi kesempurnaan
makalah. Kemudian diperlukan penelitian ulang melalui pendekatan dengan subjek
ataupun objek yang akan dikaji didalam tema dari makalah ini.
DAFTARPUSTAKA
Benyamin L 2002. Dasar-Dasar Klimatologi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Gibbs
W.J. (1987). Defining Climate. WMO Bulletin no. 4 Vol. 36. Oct. 1987.
Raynand. 2010. Unsur-unsur
Cuaca Secara Umum. http://raynand.wordpress.com/unsur-cuaca/. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2016
Ritchie. (1972). Pathogenesis
of Virulent. ND in Chickens, Journal of Veterinary Medical Assosiation. 161:
169-179.
Singh, Jasbir., dan, Dhillon,
SS. (2004). Agricultural Geography. New Delhi: Tata McGrawHill Publishing.
Munawar, M. 2010. Pengaruh
Efek Rumah Kaca Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman. http://munawar.8m.net/rmh_kaca.htm.
[Diakses 10 Oktober 2016].
[Diakses 10 Oktober 2016].
https://id.wikipedia.org/wiki/Efek_rumah_kaca
KATA PENGANTAR
Rasa syukur saya
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan rahmat-Nya
sehingga saya mampu menyelesaikan makalah Pengaruh Iklim Terhadap Produktivitas
Padi ini dengan baik.
Penyusunan makalah ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan kali ini,
saya juga bermaksud untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Ir.Susilawati Soejoed A, s. Msi selaku Dosen Pembimbing
pelajaran Agroklimatologi.
2.
Pihak-pihak yang
tidak bisa saya sebutkan namanya.
Meskipun saya berhasil
menyelesaikan makalah ini dengan baik, saya menyadari akan adanya kekurangan
serta kekeliruan di dalam laporan ini, sehingga saya akan sangat terbuka dengan
kritik, saran serta masukan dari berbagai pihak. Akhir kata, saya juga berharap
agar makalah ini bisa bermanfaat sebagaimana mestinya.
Pontianak,
April 2019
Penulis
Halaman
PRAKATA ...................................................................................................... i
DAFTAR
ISI ................................................................................................... ii
I.
PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar
Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 3
D. Manfaat ................................................................................................ 3
E. Prosedur ............................................................................................... 4
II. PEMBAHASAN ...................................................................................... 5
A. Kajian
Teori .......................................................................................... 5
B. Pembahasan .......................................................................................... 12
III. PENUTUP ................................................................................................ 15
A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................... 15
ii
|
No comments: