makalah budidaya tanaman cabai rawit
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cabai rawit atau cabe rawit,
adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Selain di
Indonesia, ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan di negara-negara
Asia Tenggara lainnya. Di Malaysia dan Singapura ia dinamakan cili padi,
di Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu.
Di Kerala, India, terdapat masakan tradisional yang menggunakan cabai rawit dan
dinamakan kanthari mulagu. Dalam bahasa Inggris ia dikenal dengan
nama Thai pepper atau bird's eye chili pepper.
Buah cabai rawit berubah warnanya
dari hijau menjadi merah saat matang. Meskipun ukurannya lebih kecil daripada
varietas cabai lainnya, ia dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai
50.000 - 100.000 pada skala Scoville. Cabai rawit biasa di jual di pasar-pasar
bersama dengan varitas cabai lainnya.
Cabai rawit merupakan tanaman
yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi disebabkan karena rasa pedas dan
kandungan karotenoidnya. Di Indonesia tingkat konsumsi masyarakat per
kapita terhadap cabai cukup tinggi,demikian pula cabaipun dibutuhkan pada
beberapa industri .
Melihat kebutuhan cabai rawit
tiap tahunnya meningkat sehubungan dengan beragam dan variasi jenis masakan di
Indonesia meningkat yang menggunakan bahan asal cabai, mulai dari kebutuhan
rumah tangga, permintaan pasar, bahkan sampai pada kebutuhan ekspor luar
negeri. Maka dari itu perlu diadakan teknik budidaya untuk peningkatan produksi
dan mutu hasil tanaman cabai.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini
adalah bagaimana Budidaya Tanaman Cabe Rawit ?
C. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah
dapat mengetahui bagaimana Budidaya Tanaman Cabe Rawit.
II.
PEMBAHASAN
A. Syarat Tumbuh
1. Iklim
Tanaman cabai rawit tumbuh
di tanah dataran rendah sampai menengah. Untuk tumbuhan yang optimal tanaman
cabai membutuhkan intensitas cahaya matahari sekurang-kurangnya selama 10 - 12
jam. Suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih cabai adalah 25 -
30 0C, sedangkan untuk pertumbuhannya 24 - 28 0C.
a.
Sinar Matahari
Penyinaran yang dibutuhkan adalah
penyinaran secara penuh, bila penyinaran tidak penuh pertumbuhan tanaman tidak
akan normal.
b.
Curah Hujan
Walaupun tanaman cabai tumbuh
baik di musim kemarau tetapi juga memerlukan pengairan yang cukup. Adapun curah
hujan yang dikehendaki yaitu 800-2000 mm/tahun.
c.
Suhu dan Kelembaban
Tinggi rendahnya suhu sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adapun suhu yang cocok untuk pertumbuhannya
adalah siang hari 210C-280C, malam hari 130C-160C,
untuk kelembaban tanaman 80%.
d.
Angin
Angin yang cocok untuk tanaman
cabai adalah angin yang berhebus perlahan, angin berfungsi menyediakan gas CO2 yang
dibutuhkan oleh tanaman cabai rawit.
e.
Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat untuk penanaman
cabai adalah adalah dibawah 1400 m dpl. Berarti cabai dapat ditanam pada
dataran rendah sampai dataran tinggi (1400 m dpl). Di daerah dataran tinggi
tanaman cabai dapat tumbuh, tetapi tidak mampu berproduksi secara maksimal.
2.
Tanah
Tanaman cabai akan tumbuh baik
pada tanah yang kaya humus, subur, gembur dan terang serta pH antara 5-6.
Tanaman cabai tidak tahan pada kondisi tanah yang becek karena akan mudah
terserang penyakit layu dan pernafasan akar akan terganggu. Tanaman cabai rawit
tumbuh baik pada tanah yang : Berstruktur remah/gembur, lempung berpasir dan
kaya bahan organik; pH 5,0 - 7,0 optimal 6,0 - 6,5. Bila pH dibawah 5,0 perlu
ditambahkan kapur sebanyak 2 - 4 ton/ha. Penambahan kapur sangat tergantung
dari pH tanah yang dikehemdaki. Contoh pH tanah awal 5,0 sedang pH yang
diinginkan 5,5 maka perlu ditambahkan kapur sebesar 2 ton/ha, sedangkan jika pH
yang diinginkan 6,0 maka perlu ditambahkan kapur sebesar 4 ton/ha; Paling cocok
ditanam pada dataran dengan ketinggian 0 - 500 meter dpl. Curah hujan 600
- 1.250 mm/tahun. Suhu udara rata-rata tahunan berkisar antara 18 – 30 0C.
Kelembaban 60 - 80%.
Cabai sangat sesuai ditanam pada
tanah yang datar. Dapat juga ditanam pada lereng-lereng gunung atau bukit.
Tetapi kelerengan lahan tanah untuk cabai adalah antara 0-10(kemiringan)
Tanaman cabai juga dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis
tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat (Harpenas, 2010).akan tetapi
tanah yang cocok adalah tanah yang mengandung unsur-unsur pokok yaitu unsure N
dan K.
Pertumbuhan akan terhambat jika
suhu harian di areal budidaya terlalu dingin. (Tjahjadi, 1991) mengatakan bahwa
tanaman cabai dapat tumbuh pada musim kemarau apabila dengan pengairan yang
cukup dan teratur.
B. Keuntungan Budidaya Cabe Rawit
Saat ini cabe menjadi salah satu
komoditas sayuran yang banyak dibutuhkan masyarakat, baik masyarakat lokal
maupun internasional. Setiap harinya permintaan akan cabe, semakin bertambah
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di berbagai negara. Sehingga
budidaya sayur ini menjadi peluang usaha yg masih sangat menjanjikan, bukan
hanya untuk pasar lokal saja namun juga berpeluang untuk memenuhi pasar ekspor.
Cabe bukan merupakan tanaman asli Indonesia, walaupun hampir setiap hari
penduduk Indonesia makan dengan cabe. Cabe berasal dari Meksiko, Peru dan
Bolivia, tetapi sekarang sudah tersebar diseluruh dunia. Cabe merupakan
komoditas pertanian yang merakyat seperti halnya bawang merah karena dibutuhkan
oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Sehingga tidak mengherankan bila
volume peredarannya di pasaran sangat besar. Walaupun volumenya sangat
besar dan dibutuhkan oleh semua kalangan, tetapi sampai sekarang harga cabai
tidak pernah mantap (fluktuatif). Di beberapa daerah sentra produksi, harga
berubah hampir setiap waktu, tergantung jumlah barang dan permintaan.
Bila barang tidak ada karena iklim yang tidak mendukung, maka harga cabai akan
melonjak tinggi. Sebaliknya bila barang sedang membanjir harga bisa turun
drastis. Penurunan harga yang sangat tajam juga terjadi bila cuaca
mendung dan kondisi lembab karena mutu cabe menurun dan cabe tidak tahan lama
disimpan.
Tanaman yg berasal dari daerah
tropis di benua Amerika ini, sekarang banyak dibudidayakan di Indonesia.
peluang usaha cabe yang cukup menguntungkan, menarik minat para petani di
daerah dataran tinggi, dataran rendah, hingga daerah pesisir pantai untuk
membudidayakan sayuran ini. Jenis cabe juga cukup bervariasi, beberapa jenis
dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk, rasa pedasnya dan warna buahnya. Di
Indonesia sendiri jenis cabe yang banyak dibudidayakan antara lain cabe
keriting, cabe besar, cabe rawit, dan cabe paprika. Sebab menyesuaikan
permintaan konsumen, yg banyak menggunakan jenis cabe tersebut sebagai penyedap
masakan. Selain dijadikan sebagai bahan penyedap makanan, cabe juga bisa
dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk olahan seperti saos cabe, sambel
cabe, pasta cabe, bubuk cabe, cabe kering, dan bumbu instant. Bahkan
produk-produk tersebut sudah berhasil di ekspor ke Singapura, Hongkong, Saudi
Arabia, Brunei Darussalam dan India.
C. Budidaya Cabe
1. Pembibitan
Biji cabe rawit harus disemaikan
lebih dulu sebelum ditanam. Untuk mempercepat pertumbuhannya , biji cabe
sebaiknya direndam dahulu dalam air selama 24 jam sebelum ditanam. Perlu
diperhatikan bahwa biji cabe yang baik adalah biji yang betul-betul masak dan
kering. Cara menyemai biji cabe bermacam-macam , ada yang menggunakan
kotak pesemaian, pesemaian di lapangan, kantung plastik atau kantung dari daun
kelapa, enau, pisang dll. Tanah yang digunakan untuk pesemaian
menggunakan tanah yang subur dan bebas dari gangguan hama dan penyakit.
Pesemaian sebaiknya menggunakan
atap dari daun rebu, daun kelapa maupun daunan lainnya agar suasana menjadi
lebih lembab dan tanaman tidak terkena sinar matahari langsung. Atap
dapat dibuka atau ditutup menurut keperluan. Kalau pagi sampai jam 10.00
atap dibuka, kemudian sesudah panas lebih dari jam 10.00 atap ditutup kembali
. Kalau persemaian dibuat dalam kotak kecil dapat dimasukkan dalam rumah.
2.
Pengolahan Tanah
Tanah harus dibajak dan dicangkul
cukup dalam. Maksud pencangkulan tanah adalah untuk membalik tanah dan
menggemburkan tanah. Tanah liat walaupun sudah dicangkul atau
dibajak menjadi gembur , cangkul lebih dalam (30-40 cm) dan diberi pupuk
organis, misalnya kompos atau pupuk kandang dan dapat ditambahkan pasir.
Bila pupuk organis jumlahnya terbatas, maka pemberiannya cukup pada jarak 60 x
60 cm. Pupuk organik, pasir dan tanah dicampur merata.
Pupuk organik selain menggemburkan
tanah juga dapat menambah unsur hara . Pupuk organik yang diberikan
sebaiknya sudah matang atau sudah menjadi tanah. Pupuk yang mentah
biasanya masih panas sehingga dapat menyebabkan tanaman cabe menjadi layu dan
mati.
3.
Pembuatan Bedengan
Bedengan dapat dibuat dengan
ukuran lebar sekitar 90, 100 atau 125 cm dengan melihat kondisi tanah. Tinggi
bedengan sekitar 20-30 cm , tergantung keadaan lahan , kalau lahan sering
tergenang air pada waktu musim hujan maka bedengan dipertinggi.
Jarak antar bedengan sekitar 40 – 5 cm atau dapat dipersempit menjadi 30 – 35 cm.
4. Pemupukan Dasar
Pada waktu menanam cabe , tanah
harus tersedia unsur hara yang cukup, maka bedengan yang telah dipersiapkan
dapat diberi pupuk organik berupa pupuk kandang yang sudah matang. Pupuk
tersebut dapat disebarkan ke seluruh permukaan bedengan atau hanya ditempat
tanaman cabe akan ditanam. Selain itu dapat ditambahkan pula pupuk SP 36 100 kg
perhektar untuk menambah unsur P sedangkan pupuk lainnya dapat diberikan
kemudian.
5.
Penanaman
Bibit cabe dapat dipindahkan
setelah tumbuh setinggi kira-kira 15 cm di pesemaian. Penanaman dilakukan
dengan jarak tanam 60 x 90 cm. Pada saat pengambilan semai di lapangan
atau semai kotak dapat menggunakan solet yang ditusukan dengan cara miring dan
diangkat keatas sehingga semai akan terangkat ke atas. Tempat yang akan
ditanami semai dibuat lubang sedalam akar tunggang. Setelah ditanam
segera disiram dan diberi penutup pelepah pisang atau daun-daunan supaya
tidak layu. Bila semai berasal dari kantung plastik, maka kantong plastik
harus disobek lebih dulu pelan-pelan sehingga media tanahnya tidak pecah.
Kalau media tanam pecah ada kemungkinan tanaman akan menjadi layu. Bila
plastik tidak disobek lebih dulu , di kemudian hari akar akan melingkar tidak
dapat berkembang. Setelah bibit cabe ditanam sebaiknya segera disiram air
untuk menjaga kelembaban dalam tanah dan kelembaban tanaman.
6.
Penyiraman, Drainase
dan Mulsa
Tanaman cabe sebaiknya sering
disiram terutama pada saat musim kemarau karena tanahnya cepat kering.
Tanaman yang terlalu lama kekeringan maka pertumbuhannya akan kerdil
. Untuk menghindari kekeringan dapat menggunakan mulsa dari dedaunan
maupun dari jerami padi, Mulsa dari daun lama kelamaan akan menjadi pupuk
organik sehingga menambah kesuburan tanah.
Jika menanam cabe pada musim
hujan diusahakan jangan sampai tergenang air. Bila tanaman cabe terlalu
lama tergenang air, akar-akarnya dapat menjadi busuk, daun mudah rontok dan
akhirnya tanaman mati.
7.
Penyiangan
Bila di lahan banyak gulma maka
harus segera disiangi agar tidak menjadi pesaing bagi tanaman cabai untuk
mendapatkan unsur hara. Jika dalam jangka waktu lama gulma tidak segera
disiang, tanaman cabe akan menjadi kurus dan kerdil. Namun pencabutan
gulma perlu dilakukan hati-hati agar tidak merusak tanaman cabenya. Untuk
mengurangi munculnya gulma dapat juga menggunakan herbisida sebelum bibit cabe
ditanam.
8.
Penggemburan
Tanah yang terlalu padat harus
digemburkan dengan cara dicangkul (didangir) . Tanah yang gembur
peredaran udaranya menjadi lebih baik, sehingga perakaran menjadi lebih
sehat. Pada waktu menggemburkan tanah harus hati-hati, jangan terlalu
dalam sebab jika terlalu dalam dapat merusak perakaran. Akar yang luka
tau putus juga mudah terkena infeksi sehingga tanaman menjadi sakit dan mati.
9.
Pemupukan
Tanaman cabe yang telah ditanam
sekitar satu minggu dapat segera dipupuk dengan pupuk N, K atau campuran urea
dan KCl sebanyak 2 gram setiap tanaman. Pupuk SP 36 tidak perlu diberikan
lagi karena sudah diberikan sebelum penanaman sebagai pupuk dasar. Pada
waktu melakukan pemupukan tidak boleh mengenai batang karena akan merusak
batang. Pada waktu tanaman berumur 2-3 minggu dipupuk lagi sebanyak 5
gram per pohon. Penggunaan pupuk daun maupun zat perangsang tumbuhan dapat
diberikan sesuai dosis anjuran dalam label kemasan.
10.
Hama dan Penyakit
Utama Pada Tanaman Cabai Serta Pengendaliannya
a. Hama Utama Tanaman Cabai
1)
Thrips
Hama thrips (Thrips Sp.) sudah tidak asing lagi bagi para petani cabai. Hama
thrips tergolong sebagai pemangsa segala jenis tanaman, jadi serangan bukan
hanya pada tanaman cabai saja. Panjang tubuh sekitar + 1 mm, serangga ini
tergolong sangat kecil namun masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Thrips
biasanya menyerang bagian daun muda dan bunga . Gejala serangan hama ini adalah
adanya strip-strip pada daun dan berwarna keperakan. Noda keperakan itu tidak
lain akibat adanya luka dari cara makan hama thrips. Kemudian noda tersebut
akan berubah warna menjadi coklat muda. Yang paling membahayakan dari thrips
adalah selain sebagai hama perusak juga sebagai carrier atau pembawa bibit
penyakit (berupa virus) pada tanaman cabai. Untuk itu, bila mengendalikan hama
thrips, tidak hanya memberantas dari serangan hama namun juga bisa mencegah
penyebaran penyakit akibat virus yang dibawanya.
Pengendalian secara kultur teknis
maupun kimiawi. Kultur teknis dengan pergiliran tanaman atau tidak menanam
cabai secara bertahap sepanjang musim. Selain itu dapat menggunakan perangkap
kuning yang dilapisi lem. Pengendalian kimia bisa dilakukan dengan penyemprotan
insektisida Winder 25 WP konsentrasi 0,25 - 0,5 gr /liter atau insektisida cair
Winder 100EC konsenstrasi 0.5 - 1 cc/L.
2) Tungau (Mite)
Hama mite selain menyerang jeruk
dan apel juga menyerang tanaman cabai. Tungau bersifat parasit yang merusak
daun, batang maupun buah sehingga dapat mengakibatkan perubahan warna dan
bentuk. Pada tanaman cabai. Tungau menghisap cairan daun sehingga warna daun
terutama pada bagian bawah menjadi berwarna kuning kemerahan, daun akan
menggulung ke bawah dan akibatnya pucuk mengering yang akhirnya menyebabkan
daun rontok. Tungau berukuran sangat kecil dengan panjang badan sekitar 0,5 mm,
berkulit lunak dengan kerangka chitin. Seperti halnya thrips, hama ini juga
berpotensi sebagai pembawa virus.
Pengendalian secara kimia dapat
dilakukan dengan Penyemprotan menggunakan Akarisida Samite 135 EC. Konsentrasi
yang dianjurkan 0,25 - 0,5 ml/L.
3) Kutu (Myzuspersicae)
Aphids merupakan hama yang dapat
merusak tanaman cabai. Serangannya hampir sama dengan tungau namun akibat
cairan dari daun yang dihisapnya menyebabkan daun melengkung ke atas, keriting
dan belang-belang hingga akhirnya dapat menyebabkan kerontokan. Tidak sepeti
mite, kutu ini memiliki kemampuan berkembang biak dengan cepat karena selain
dapat memperbanyak dengan perkawinan biasa, hama ini juga mampu bertelur tanpa
pembuahan.
Pengendalian hama aphids secara
kimia dapat dilakukan dengan menyemprot insektisida Winder 100EC konsentrasi
0,5 - 1,00 cc/L.
4)
Lalat Buah (Bactrocera
dorsalis)
Kehadiran lalat buah ini, dapat
menjadi hama perusak tanaman cabai. Buah cabai yang menunggu panen bisa menjadi
santapannya dalam sekejap dengan cara menusukkan ovipositornya pada buah serta
meletakkan telur, menetas menjadi larva yang kemudian merusak buah cabai dari
dalam.
Pengendalian kultur teknis dapat
dilakukan dengan membuat perangkap dari botol bekas air mineral yang di
dalamnya diberi umpan berupa Atraktan Lalat Buah (ATLABU) keluaran Balai
Penelitian Obat dan Aromatik. Selain itu dapat juga digunakan perangkap kuning
seperti yang dilakukan pada hama thrips. Karena umumnya serangga-serangga
tersebut sangat menyukai warna-warna mencolok.
5)
Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Ulat ini saat memasuki stadia
larva, termasuk hewan yang sangat rakus. Hanya dalam waktu yang tidak lama,
daun-daun cabai bisa rusak. Ulat setelah dewasa berubah menjadi sejenis ngengat
akan memakan daun-daunan pada masa larva untuk menunjang perkembangan metamorfosisnya.
Pengendalian dapat dilakukan
terhadap ngengat dewasa yang hendak meletakkan telurnya pada tanaman inang
dengan menyemprotkan insektisida, atau dengan insektisida biologis Turex WP
konsentrasi 1 - 2 gr/Lt.
b. Penyakit Utama Tanaman Cabai
1)
Antracnose
Penyakit Antracnose dikenal juga
dengan istilah “pathek” adalah penyakit yang hingga saat ini masih menjadi
momok bagi petani cabai. Buah yang menunggu panen dalam beberapa waktu berubah
menjadi busuk oleh penyakit ini. Gejala awal dari serangan penyakit ini adalah
bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair, buah akan berubah
menjadi coklat kehitaman dan membusuk. Ledakan penyakit ini sangat cepat pada
musim hujan. Penyebab penyakit ini adalah jamur carnifora capsici.
Pengendalian membersikan tanaman
yang terserang agar tidak menyebar, saat pemilihan benih harus kita lakukan
secara selektif, menanam benih cabai yang memiliki ketahanan terhadap penyakit
pathek. Secara kimia, disemprot dengan fungisida sistemik berbahan aktif
triadianefon dicampur dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida
seperti Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif Mankozeb seperti Victory 80WP.
2) Layu
Bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh
Pseudomonas solanacearum. Gejalanya tanaman yang sehat tiba-tiba saja layu yang
dalam waktu tidak sampai 3 hari tanaman mati. Bakteri ini ditularkan melalui
tanah, benih, bibit, sisa tanaman, pengairan,nematoda atau alat-alat pertanian.
Pengendalian membuang tanaman
yang terserang, tetap menjaga bedengan tanaman selalu dalam kondisi kering,
rotasi tanaman. Secara kimiawi, semprot dengan larutan Kocide 77WP konsentrasi
5 - 10 gr/liter pada lubang tanam sebanyak 200 ml/tanaman interval 10 - 14 hari
dan dimulai saat tanaman mulai berbunga.
3) Virus
Kuning (gemini virus)
Vektor virus kuning adalah whitefly atau kutu kebul (Bemisia tabaci). Telur diletakkan di
bawah daun, fase telur hanya 7 hari. Nimpa bertungkai yang berfungsi untuk
merangkak lama hidup 2 – 6 hari. Pupa berbentuk oval, agak pipih berwarna hijau
keputih-putihan sampai kekuning-kuningan pupa terdapat dibawah permukaan daun,
lama hidup 6 hari. Serangga dewasa berukuran kecil, berwarna putih dan mudah
diamati karena dibawah permukaan daun yang bertepung, lama hidup 20 – 38 hari.
Tanaman yang terserang penyakit virus kuning menimbulkan gejala daun
mengeriting dan ukuran lebih kecil.
Pengendalian dilakukan dengan
menanam varietas yang agak tahan (contoh cabai keriting Bukittinggi),
menggunakan bibit yang sehat, melakukan rotasi /pergiliran tanaman, pemanfaatan
tanaman border seperti tagetes atau jagung, pemasangan perangkap kuning
sekaligus mengendalikan kutu kebul, serta eradikasi tanaman sakit yaitu tanaman
yang menunjukkan gejala dicabut dan dibakar.
D. Panen dan Pasca
Panen
1. Panen
Tanaman cabe rawit dapat dipanen
setelah berumur 2,5-3 bulan sesudah disemai. Panenan berikutnya dapat
dilakukan 1-2 minggu tergantung dari kesehatan dan kesuburan tanaman.
Untuk tanaman cabe rawit bila dirawat dengan baik dapat mencapai umur 1-2
tahun, apabila selalu diadakan pemangkasan dan pemupukan kembali setelah
tanaman dipanen. Pemupukan kembali dapat memberikan pupuk organik seperti
kompos maupun pupuk kandang yang sudah menjadi tanah.
2. Pasca Panen
Cabe yang disimpan dengan suhu
sekitar 4 o C dengan kelembaban 95-98 % dapat tahan
sekitar 4 minggu dan pada 10 o C masih dalam keadaan baik
sampai 16 hari.
a. Pengeringan
Pengawetan dalam keadaan segar
waktunya tidak akan lama, tetapi kalu dikeringkan waktu simpan bisa lama.
Cabe yang akan dikeringkan harus dipilih yng berkualitas baik, tangkai dibuang
dan kemudian cabe dicuci bersih. Kemudian dimasukkan dalam air panas
beberapa menit, lalu didinginkan dengan cara dicelupkan dalam air dingin.
Selanjutnya ditiriskan di atas anyaman bambu atau kawat kasa sehingga airnya
keluar semua. Kemudian dijemur pada panas matahari sampai kering,
biasanya kurang lebih selama satu minggu.
Pada musim hujan , pengeringan
buah cabe dapat menggunakan pemanas. Di dalam ruangan pemanas tersebut
diberi para-para beberpa lapis untuk meletakkan cabe. Lapisan cabe jangan
terlalu tebal, cukup satu lapis agar cepat kering. Sebagai sumber panas
dapa memakai lampu listrik , kompor, tungku arang atau bahan lainnya.
Ruangan pemanas dapat dibuat dari
kayu yang berbentuk seperti almari dan bagian dalam diberi lapisan seng.
Sumber pemanas diletakkan di bawah almari yang telah diberi lubang, di atas
pemans ada para-para beberapa lapis. Bagian atas almari diberi ventilasi
yang yang penutupnya dapat diatur besar kecilnya lubang untuk mengatur suhu
dalam almari. Suhu dalam almari diatur lebih kurang 60oC, jangan
terlalu panas dengan mengatur ventilasi. Apabila telah melebihi 60oC
maka lubang ventilasi dibuka lebar.
Supaya cabe keringnya merata maka
para-para bisa diubah letaknya, misal yang atas di pindah ke bawah
demikian sebaliknya. Banyaknya para-para tergantung besar kecilnya almari
dan jarak antar para-para sekitar 15-20 cm. Cabe dibolak-balik letaknya setiap
3 jam.
Dengan menggunakan alat pemanas
paling lama dua hari buah cabe akan kering. Buah cabe dianggap kering bila
kandungan airnya tinggal 8 %. Dalam keadaan demikian buah cabe dapat
disimpan lebih lama, namun harus dihindarkan dari serangan hama dan disimpan
dalam wadah kedap udara. Cabe yang dikeringkan dapat langsung dipakai
atau dapat digunakan untuk campuran saos dan cabe bubuk.
b. Kemasasan Cabe
Sebelum buah cabe dijual
sebaiknya dilakukan seleksi dengan memisahkan buah cabe yang bagus dan yang
jelek kualitasnya. Cabe-cabe tersebut harus dikemas dengan baik agar
tidak rusak. Dengan kemasan yang baik tentu akan menambah beaya namun
kerusakan akan jauh lebih sedikit sehingga keuntungan masih lebih tinggi.
Buah cabe dapat dikemas dengan
kantung plastik yang telah diberi lubang-lubang kecil dengan jarak anat lubang
sekitar 5-10 cm . setiap kantung plastik dapat diisi cabe dengan berat
0,5 kg; 1 kg; 1,5 kg atau 2 kg. Selanjutnya kantung plastik diletakkan
pada wadah yang dibuat dari bambu atau kardus. Ukuran wadah sebaiknya
tidak terlalu besar yaitu antara 10 x 25 x 25 cm sampai 35 x 50 x 40 cm.
Setiap sisi wadah diberi lubang dengan garis tengah 1 cm dan jarak antar lubang
10 cm.
III.
PENUTUP
B. Kesimpulan
Cabai termasuk salah satu
komoditi tanaman sayuran unggulan. Komoditi tersebut banyak diusahakan di
lahan kering baik dataran tinggi maupun dataran rendah. Dalam upaya
pemenuhan kebutuhan akan produksi cabai merah yang lebih kompetitif, diperlukan
upaya peningkatan produksi yang mengacu pada peningkatan efisiensi baik
ekonomi, mutu maupun produktivitas melalui penerapan teknologi mulai dari
penentuan lokasi, penanganan benih, penanaman, pemeliharaan, hingga penanganan
panen yang tepat
Saat ini cabai menjadi salah satu
komoditas sayuran yang banyak dibutuhkan masyarakat, baik masyarakat lokal
maupun internasional. Setiap harinya permintaan akan cabai, semakin bertambah
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di berbagai negara. Sehingga
budidaya sayur ini menjadi peluang usaha yg masih sangat menjanjikan, bukan
hanya untuk pasar lokal saja namun juga berpeluang untuk memenuhi pasar ekspor
C. Saran
Dalam makalah ini penulis
menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Masih banyak kesalahan-kesalahan
baik pengetikan maupun penyusunannya, olehnya itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan makalah kami
selanjutnya.
PRAKATA
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin dan hidayah-Nya sehingga
makalah kami yang berjudul “Budidaya Tanaman Cabai Rawit” dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan
makalah ini di sesuaikan dengan sistematika penulisan atau ketentuan-ketentuan
makalah pada umumnya. makalah ini di lengkapi dengan pembahasan dan pemecahan
masalah dan teori-teori yang mendukung materi makalah, yang di tulis secara
singkat.
Kami
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kelemahan dan kekurangan
baik dan penulisan maupun pengetikannya sehingga kritik dan saran sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah kami.
Pontianak, Oktober 2019
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
PRAKATA ........................................................................................... i
DAFTAR
ISI ........................................................................................ ii
I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C. Tujuan
....................................................................................... 2
II. PEMBAHASAN ........................................................................... 3
D. Syarat Tumbuh ........................................................................ 3
E.
Keuntungan
Budidaya Cabe Rawit ........................................ 4
F.
Budidaya Cabe ....................................................................... 6
G. Panen dan Pasca Panen ........................................................... 13
III. PENUTUP
..................................................................................... 15
A. Kesimpulan ..................................................................................... 15
B. Saran
............................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................ 16
LAMPIRAN .............................................................................................. 17
No comments: